Mimpi Buruk Israel Bernama Kapal Bantuan Kemanusiaan

Pasca pembajakan kapal Rachel Corrie yang membawa bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza di perairan Gaza, berita mengenai pengiriman kapal-kapal bantuan kemanusiaan baru dari menghiasi seluruh pemberitaan media-media massa.
Trasformasi terbaru mengenai upaya pembatalan blokade rakyat Gaza secara khusus dan pembebasan Palestina secara umum dengan sendirinya menjadi kartu truf bagi bangsa Palestina. Sebaliknya, pengiriman kapal bantuan kemanusiaan telah menjadi mimpi buruk bagi rezim Zionis Israel. Karena bila pengiriman tresebut berlangsung terus-menerus, maka pondasi rezim ini akan goyah. Itu artinya masa kehancuran rezim buatan Barat ini semakin dekat.
Pernyataan kesiapan Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki untuk ikut dalam kapal bantuan kemanusiaan, sekaligus melawat Gaza pasca sikap anti-Zionis-nya berhasil merenggut waktu tidur para pejabat Zionis Israel. Pernyataan itu membuat mimpi buruk bagi Zionis Israel menjadi semakin meluas. Dengan kata lain, langkah Erdogan, bila itu terjadi, akan menjadi sebuah langkah baru yang sangat membahayakan eksistensi Israel.
Gelombang anti-Zionis yang semakin memuncak ditambah dukungan yang semakin luas terhadap warga Gaza dan bangsa Palestina di seluruh dunia dapat disaksikan dari aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat internasional di pelbagai penjuru dunia. Bila rasa kebencian terhadap Zionis Israel dan dukungan terhadap Palestina terus berlangsung yang dinyatakan lewat pengiriman konvoi-konvoi kapal bantuan kemanusiaan, Zionis Israel harus mengakui bahwa aksi ini dapat menggoyahkan sendi-sendi rezim ini yang dibangun secara haram di tanah Palestina.
Bila kapal-kapal bantuan kemanusiaan yang berisikan para aktivis kemanusiaan dan perdamaian dari seluruh dunia berkumpul di perairan internasional dekat Gaza dipandang sebagai manuver manusia-manusia merdeka dan aksi solidaritas terhadap Gaza, niscaya rezim Zionis dan para pendukungnya berada dalam kondisi yang sulit. Tidak hanya itu, membayangkan terjadinya peristiwa tersebut saja sangat menyiksa mereka.
Sekaitan dengan hal ini, Manouchehr Mottaki, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran dalam sidang istimewa sekretariat pelaksana Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang diselenggarakan hari Ahad (06/6) di Jeddah meminta masyarakat internasional, khususnya negara-negara Islam melakukan aksi nyata dan segera terhadap rezim Zionis Israel. Untuk itu Menlu Mottaki mengusulkan agar negara-negara Islam secara simbolik mengirimkan kapal bantuan kemanusiaan ke Gaza. Menurut Mottaki, aksi ini harus dilakukan berkali-kali dan dengan pelbagai cara. Dengan demikian, diharapkan kejahatan Zionis Israel dan para pendukungnya harus menyadari sedang berhadap-hadapan dengan kekuatan hati nurani manusia yang tak terkalahkan.
Dalam pidatonya, Mottaki mengatakan, "Kami membutuhkan puluhan kapal bantuan kemanusiaan dengan bendera dari pelbagai negara menuju Gaza." "Sangat tepat bila dalam periode masa genting ini, setiap negara anggota OKI mengirimkan sebuah kapal bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai langkah awal," tambah Mottaki.
Bila usulan ini diterima oleh negara-negara anggota OKI, setidak-tidaknya akan ada 54 kapal sebagai perwakilan 1,5 miliar umat Islam yang akan menuju tanah air Palestina yang dirampas oleh para imigran Zionis. Bila gerakan simbolik ini dilakukan oleh negara-negara Islam, pembebasan al-Quds sebagai kiblat pertama umat Islam menjadi sesuatu hal yang mungkin.
Bila merunut ke belakang, pembentukan Organisasi Konferensi Islam oleh negara-negara Islam bermula ketika rezim Zionis Israel membakar Masjidul Aqsa, kiblat pertama umat Islam, pada 21 Agustus 1969. Demi mengutuk kejahatan itu, pada bulan September tahun yang sama, negara-negara Islam berkumpul di Rabat, Maroko dan secara resmi membentuk OKI pada bulan Mei 1971. Kini OKI telah memasuki usianya yang ke-40 dan mereka dapat kembali mengambil keputusan bersama menghapus kanker bernama rezim Zionis Israel untuk selamanya.
Bila mencermati negara-negara Islam yang membentuk sepertiga anggota PBB dan posisi strategis mereka di dunia, tentu saja mereka dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan. Betapa tidak, 74 persen cadangan minyak dunia dan 50 persen cadangan gas dunia dikuasai negara-negara Islam. Dengan catatan ini saja, semestinya negara-negara Islam tidak punya masalah bila ingin melaksanakan tanggung jawabnya di hadapan Palestina.
Tanggung jawab terhadap bangsa Palestina ini secara transparan dimasukkan dalam butir kelima dari tujuh tujuan pendirian OKI yang diratifikasi tahun 1972. Butir kelima itu menyebutkan, "Mengkoordinasi seluruh upaya demi melindungi tempat-tempat suci, membantu perang yang dilakukan bangsa Palestina dan bantuan kepada mereka demi meraih hak-hak dan pembebasan tanah air mereka."
Apakah dengan berlalunya 40 tahun dari ratifikasi butir kelima dari piagam OKI, masih belum cukupkah bagi mereka untuk melaksanakan butir ini dengan mengirimkan kapal bantuan kemanusiaan mereka ke Gaza?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give comments and criticism are best for this blog the better

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...