Gemerlap Dunia yang Mempesona

Pada saat ini dunia begitu sangat gemerlap ia bagaikan selebritis yang begitu mudahnya menawarkan pesonanya kepada siapa saja yang ia temui, dalam hal ini maka beragam sikap dan prilaku manusia dalam meresponnya. Maka tanggapan pun beragam dari kalangan berjois sampai pengemis. Untuk kelompok pertama adalah yang begitu mudahnya terhepnotis hingga tanpa sadar begitu enaknya melahap pesonanya dengan penuh syahwat, hingga hati, akal dan jasadnya bertekuk lutut menghamba sepenuhnya pada dunia. Kemudian untuk kelompok kedua golongan yang tidak peduli, artinya mereka ini tidak begitu mudah tertarik dengan pesonanya, kalaupun sempat sedikit melirik namun ia segera pergi menjauh karena menganggapnya sebagai perintang jalan menuju keutamaan ukhrowi yang kekal abadi. Dan kelompok terakhir yaitu golongan yang bisa bersikap secara seimbang: artinya golongan ini bisa menepatkan diri secara proporsional, namun tetap lebih mengutamakan kepentingan akhirat. Lantas kita masuk golongan yang mana?

Gemerlap dunia. Sebagian besar manusia masuk pada golongan pertama. Pada masalah ini sebenarnya sudah pernah diprediksikan oleh baginda Rasulullah ketika beliau duduk dalam satu khalaqoh bersama para sahabatnya, ketika itu beliau memaparkan bahwa suatu saat umat islam ibarat seperti hidangan di atas meja yang begitu mudahnya diperebutkan sama orang-orang di luar islam, lantas salah satu sahabat bertanya “wahai Rasulullah bukankah umat islam pada waktu itu sudah banyak jumlahnya? Memang banyak” jawab Rasul, tapi tidak berkualitas ibarat seperti buih di lautan yang terombang ambing terkena ombak. Apa sebabnya ya Rasulullah?. Sebabnya adalah karena adanya penyakit Al-Wahn, lantas para sahabat bertanya lagi dengan penuh keheranan, apa yang dimaksud Al-Wahn ya Rasul?. Al-Wahn adalah cinta dunia dan takut akan kematian.

Sebenarnya gejala penyakit Al-Wahn sempat mampir dibenak sebagian sahabat Rasulullah yaitu ketika peristiwa perang Badar pada waktu itu sebagian sahabat sempat sedikit terpesona dengan harta rampasan perang, peristiwa itu terjadi ketika pasukan tentara islam yang berada di barisan depan berhasil memukul mundur tentara kafir Quraisy yang berada di lereng gunung hingga lari lunggang-langgang dengan meninggalkan harta-hartanya maupun peralatan perangnya. Melihat kejadian ini, tentara islam yang berada di atas gunung pun tergiur melihat harta ghonimah yang berada dibawah, akhirnya sebagian turun untuk mengambilnya. maka para sahabat yang semestinya  tetap bertahan karena memang Rasulullah memerintahkan untuk tetap bertahan apapun yang terjadi di bawah, namun apa yang terjadi?, rupanya pasukan Quraisy yang di pimpin khalid bin Walid menyerang balik dengan mundur untuk kemudian menyerang lewat sebelah sisi gunung pada bagian belakang pasukan tentara islam. Penyerangan balik ini begitu cepat hingga tidak diketahui oleh para sahabat karena semua pada sibuk memperhatikan harta ghonimah. Peristiwa inilah yang hampir saja mencelakai Rasulullah namun gigi depan beliau sempat patah akibat terkena lemparan tombak musuh.

Pelajaran yang sangat berharga buat umat islam bahwa betapa bahayanya kalau seorang yang mengaku beriman lantas begitu mudahnya tergoda dengan materi hingga kemudian tanpa sadar sudah lupa akan visi dan misinya yaitu sebuah idealisme yang ingin ditegakkan yaitu kalimat tauhid.

Secara khusus, sebenarnya peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang sangat menentukkan dalam mengukur keimanan umat islam baik pada saat itu terlebih-lebih untuk saat ini. Dan peristiwa itu juga menceritakan tentang rasa sedih dan kecewa yang menggayuti hati salah seorang sahabat yang bernama Saad Bin Abi Waqas. Dalam peperangan tersebut, saudaranya syahid. Saad berhasil membunuh pembunuhnya dan mengambil pedang miliknya. Saat ia menceritakan halnya pada rasulullah Saw, beliau memerintahkan Saad untuk meletakkan pedang tersebut bersama harta ghonimah lain yang belum dibagi. Wajarlah, jika hati Saad kecewa. Sudah saudaranya terbunuh, tak jua ia diijinkan memiliki harta rampasannya.

Apa yang kemudian terjadi? Kasak-kusuk sahabat membuahkan turunnya wahyu. Allah Subhanahu wata'ala memberikan jalan penyelesaian yang cepat, tepat dan menenangkan buat semua. Katakanlah: “Harta rampasan perang itu milik Allah dan rasul, sebab itu bertakwalah pada Allah dan perbaikilah hubungan diantara sesamamu. Dan taatlah pada Allah dan rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman” (al-anfal:1)

Lagi-lagi betapa sebuah pengorbanan itu juga selain mendapat godaan ia juga butuh ketaatan pada seorang pemimpin. Karena apalah arti sebuah visi-misi yang kita tanamkan dalam bingkai idealisme kalau ketaatan tidak ada.

Gemerlap Dunia. Entah ia datang kehadapan kita sebagai hasil keringat dan kerja keras, datang sebagai hadiah dan hibah oleh sebab interaksi sosial, datang sebagai rezeki dari arah yang tidak kita duga, atau datang sebagai berkah dakwah dan jihad di jalan-Nya, atau melalui jalan lain. Sebenarnya, tidak penting darimana ia datang, tapi bagaimana kita menyikapi kedatangannya yang mempesona tersebut dengan sikap ketaatan kita kepada seorang pemimpin.

Para sahabat sempat berselisih soal dunia, namun mereka bersedia menyikapinya dengan iman, dengan ketaatan dan dengan ketundukkan pada ketentuan Allah Subhanahu wata’ala dan juga Rasul-Nya yang mulia Shallallahu’alaihi wasallam, sehingga tidak lagi menimbulkan persoalan hati di antara mereka. Kita pun akan diuji dengan datangnya Gemerlapnya dunia. Sanggupkah kita menundukkan hawa nafsu di bawah kendali iman yang berbingkaikan imamah dan jama’ah?. Karena hanya dengan inilah insyaallah peradaban islam bisa tegak kembali.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give comments and criticism are best for this blog the better

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...