Setiap yang menggeluti bidang sejarah
insyaallah mengenal namanya Abdullah bin Saba ia adalah seorang Yahudi dari San’a
yang hidup semasa dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib r. A. Sejarah mencatat
bahwa Yahudi dari San’a inilah yang “memecah” umat Islam menjadi dua kelompok
besar: Sunni dan Syiah. Sebelum kemunculan Abdullah bin Saba, tidak ada istilah
Sunni (Ahlul Sunnah Wal Jamaah) dan Syiah. Islam ya tetap Islam.
Tidak ada Islam Sunni atau Islam Ahlul Sunnah Wal Jamaah dan lainnya.
Keberadaan Abdullah bin Saba seorang keturunan Yahudi ini seakan melengkapi bukti bahwa Yahudi memang sungguh-sungguh berjuang untuk menghancurkan apa yang kita kenal sebagai agama langit: Yahudi, Nasrani, dan Islam. Kalau berbicara tentang agama asli Yahudi sebenarnya agama tauhid yang dibawa Nabi Musa a.s, adalah murni, namun lambut laun setelah ditinggal berdak’wah oleh Nabi Musa A.S. Kaum Yahudi pengikut Samiri (tokoh Kabbalah) menciptakan Talmud, sebuah kitab iblis yang diikuti oleh Gerakan Zionis Dunia sekarang ini.
Keberadaan Abdullah bin Saba seorang keturunan Yahudi ini seakan melengkapi bukti bahwa Yahudi memang sungguh-sungguh berjuang untuk menghancurkan apa yang kita kenal sebagai agama langit: Yahudi, Nasrani, dan Islam. Kalau berbicara tentang agama asli Yahudi sebenarnya agama tauhid yang dibawa Nabi Musa a.s, adalah murni, namun lambut laun setelah ditinggal berdak’wah oleh Nabi Musa A.S. Kaum Yahudi pengikut Samiri (tokoh Kabbalah) menciptakan Talmud, sebuah kitab iblis yang diikuti oleh Gerakan Zionis Dunia sekarang ini.
Sementara untuk agama Nasrani (Nabi
Isa a. S.), mereka menyusupkan Paulus dari Tarsus, seorang Yahudi dari Tarsus
yang hidup berbeda zaman dengan Nabi Isa a. S. namun mengaku sebagai muridnya.
Paulus ini yang kemudian mengarang Kitab Perjanjian Baru (The New Testament)
yang diklaimnya sebagai penggenapan Kitab Perjanjian Lama (The Old Testament).
Dan untuk umat Muslimin, Yahudi menyusupkan Abdullah bin Saba untuk merusak
Islam.
Keberadaan Abdullah bin Saba
sendiri menjadi kontroversial di kalangan Syiah. Ada penganut Syiah yang
mengakui bahwa Abdullah bin Saba benar-benar ada, namun banyak pula yang
menyebut Abdullah bin Saba hanyalah sebuah mitos dan kebohongan yang besar,
sebuah rekaan dari musuh-musuh Syiah, yang sebenarnya nyata adanya.
Namun dari catatan sejarah yang
ada, keberadaan Abdullah bin Saba agaknya jauh lebih kuat fakta-faktanya
ketimbang yang menolak keberadaannya. Sejumlah literatur klasik memaparkan
siapa sesungguhnya orang Yahudi ini:
- An Nasyi Al-Akbar (293 H),
mencantumkan tentang Ibnu Saba, dan golongan As Sabaiyah, dengan kalimat: “Dan
suatu golongan yang mereka mendakwahkan bahwa Ali allaihi salam masih hidup dan
tidak pernah mati, dan ia tidak akan mati sampai ia menghalau (mengumpulkan)
orang arab dengan tongkatnya, orang ini adalah As Sabaiyah, pengikut Abdullah
bin Saba” Abdullah bin Saba seorang laki-laki dari penduduk Sana, seorang
Yahudi yang mengaku telah masuk Islam lewat tangan Ali dan bermukim di
Al-Madain. (Masailul Imaamah Wa Muqtathofaat minil kitabil Ausath fil
Maqalat/ditahqiq oleh Yusuf Faan As, Beirut 1971, hal. 22, 23).
- Al-Qummi (301 H), menyebutkan: Sesungguhnya Abdullah bin Saba
adalah orang yang pertama sekali menampakkan celaan atas Abu Bakar, Umar bin
Khattab, dan Utsman bin Affan, serta para sahabat, dan berlepas diri dari
mereka. Dan ia mendakwakan sesungguhnya Ali-lah yang memerintahkannya akan hal
itu. Dan sesungguhnya Taqiyah tidak boleh. Lalu Ali diberitahukan, lantas Ali
pun menanyakannya akan hal itu.
Maka ia mengakuinya. Dan Ali
memerintahkan untuk membunuhnya.
Lalu orang-orang berteriak dari
setiap penjuru: Wahai Amirul Mukminin! Apakah anda akan membunuh seorang yang
mengajak kepada mencintai kalian Ahli Bait, dan mengajak berikrar setia
kepadamu dan berlepas diri dari musuh-musuhmu, maka biarkan dia pergi ke
Al-Madain. (Al-Maqaalat
wal Firaq, hal: 20. Diedit dan dikomenteri serta kata pengantar oleh Dr.
Muhammad Jawad Masykur, diterbitkan oleh Muasasah Mathbuati athani, Teheran
1963).
- An Naubakhti (310H), menyetujui
Al-Qummi dalam memperkuat berita-berita tentang Abdullah bin Saba, lalu ia
menyebutkan satu contoh: Tatkala sampai kepada Abdullah bin Saba berita
kematian Ali di Madain, maka ia berkata kepada orang yang membawa berita itu:
Kamu telah berdusta kalau seandainya kamu datang kepada kami dengan otaknya
sebanyak tujuh puluh kantong, dan kamu mendatangkan tujuhpuluh saksi atas
kematiannya, maka sungguh kami telah mengetahui sesungguhnya dia belum mati,
dan tidak terbunuh, dan tidak akan mati sampai ia memiliki bumi.(Firaqus Syiah, hal 23. Oleh Abu Muhammad
Al-Hasan bin Musa An Naubakhti, ditashhih oleh H. Raiter, Istambul, percetakan
Ad Daulah, 1931).
- Al-Kisysyi mencantumkan (dari para tokoh abad ke empat) beberapa
riwayat yang menegaskan hakikat Ibnu Saba, dan menerangkan kabar beritanya.
Inilah sebagiannya: Telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Quluwiyah
Al-Qummi, ia berkata: telah menceritakan kepada saya Saad bin Abdillah bin Abi
khalaf Al-Qummi, ia berkata: telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Utsman
Al-Abdi dari Yunus dengannya, Abdurrahman bin abdillah bin Sinan telah berkata:
telah menceritakan kepada saya Abu Jafar Alaihis Salam: Sesungguhnya Abdullah
bin Saba, adalah orang yang mendakwakah kenabian, dan mendakwakan bahwa
sesungguhnya Amirul Mukminin alaihi salam (Ali r. A.), sebagai Allah, Maha
tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang besar. Lalu berita itu sampai ke
Amiril mukminin alaihis salam, beliau menanyakannya, maka iapun mengakui hal
itu, dan berkata: Ya, engkau adalah Dia (Allah), dan sungguh telah dibisikkan
ke dalam hatiku, bahwasanya engkau adalah Allah, dan saya adalah nabi. Lalu
Amirul Mukminin berkata kepadanya: Celaka kamu, sungguh syaitan telah
menguasaimu, kembalilah kamu (kepada kebenaran) dari ini, celaka ibumu, dan
bertaubatlah. Maka iapun enggan (untuk bertaubat), lalu beliau menahannya, dan
memintanya agar bertaubat selama tiga hari, namun belum juga bertaubat, lantas
beliau membakarnya dengan api, dan berkata: syaitan telah menguasainya, selalu
mendatanginya dan membisikkan ke dalam hatinya hal itu.(Al-Kisysyi: Rajalul Kasysyi hal: 98, 99,
marifatu Akhbaarir Rijaal (al-mathbaah al-musthafawiyah 1317) hal: 70).
- Al-Hasan bin Ali Al-Hulliy (726 H), menyebutkan Abdullah bin
Saba dari golongan-golongan orang yang lemah (tercela).(Ar Rijaal (cetakan AL Haidariyah/ An Najfah 1392
H): 2/71).
- Adapun Ibnu Murtadha (Ahmad bin Yahya meninggal tahun 840 H)
yang ia itu adalah orang mutazilah dan menisbatkan dirinya ke Ahli Bait, dan
termasuk imam (tokoh) syiah Zaidiyah, maka dia tidak hanya memperkuat
keberadaan Ibnu Saba, bahkan menegaskan bahwa sumber ajaran syiah dinisbatkan
kepada Abdullah bin Saba, karena ia adalah orang yang pertama kali membuat
perkataan adanya nash (ketetapan keimaman), dan perkataan keimaman dua belas
imam.(Tabaqatul Mutizilah
(diterbitkan oleh Faranz syatainr/ cetakan Al-Katolikiyah/ Bairut hal: 5 dan 6)
dan lihat juga Dirasaat fil firaq wa aqaidil Islamiyah (diterbitkan oleh
Penerbit Irsayd Baghdad) hal: 5).
Konspirasi Yahudi
Abdullah bin Saba dan kaum Yahudi
dari San’a di Yaman geram melihat perkembangan Islam yang dengan cepat menyebar
ke seluruh jazirah Arab, bahkan hingga ke Imperium Romawi, negeri-negeri Persia
sampai ke Afrika dan masuk jauh di Asia, bahkan sampai berkibar di pintu-pintu
benua Eropa. Ibnu Saba’ ingin menghadang langkah Islam supaya tidak mendunia
dengan merencanakan makar bersama Yahudi San’a (Yaman) untuk mengacaukan Islam
dan ummatnya. Mereka menyebarkan orang-orangnya, termasuk Ibnu Saba sendiri ke
berbagai wilayah Islam, termasuk ibukota Khalifah, Madinah Nabawiyah. Mereka
mulai menyulut fitnah dengan memprovokasi orang-orang lugu dan berhati sakit
untuk menentang Khalifah Utsman. Mereka berpura-pura sebagai kelompok pendukung
Ali bin Abi Thalib r. A., Padahal ‘Ali tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.
Pada waktu itu Persia (Majusi, kaum
penyembah api) juga menyimpan dendam kesumat, karena di zaman Khalifah ‘Umar
bin Khattab, negeri kufur mereka hancur di saat puncak kejayaannya. Yahudi pun
menaruh dendam kepada Umar r. A. Karena diusir dari Madinah. Maka bertemulah
kepentingan kaum Majusi dan Yahudi. Mereka sepakat untuk bersama-sama
menghancurkan Islam dari dalam.
Kitab “Firaq Asy-Syiah” yang
ditulis oleh ulama Syiah bernama Abu Muhammad Al-Hasan bin Musa An-Nubakhti,
pada abad ke-3H, menulis: “Abdullah bin Saba adalah orang yang mencaci maki Abu
Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman, serta para sahabat lainnya. Dia berlepas
diri dari mereka dan mengatakan bahwa ‘Ali telah memerintahkannya berbuat
demikian. Maka ‘Ali menangkapnya dan menanyakan tentang ucapannya itu dan dia
mengakuinya. ‘Ali pun memerintahkan untuk membunuh ibnu Saba ini. Orang-orang
berteriak kepada ‘Ali, “Wahai Amirul mukminin! Apakah Anda akan membunuh
seorang yang mengajak untuk mencintai Anda, ahlul bait, keluarga Anda dan
mengajak untuk membenci musuh-musuh Anda?”
Agar nantinya tidak
menimbulkan perpecahan yang besar, maka ‘Ali mengusir Abdullah bin Saba ke
Madain, ibukota Persia kala itu. Orang Yahudi itu adalah orang pertama yang
menyebarkan faham tentang Imamah ‘Ali, menampakkan permusuhan terhadap para
Sahabat yang dicintai Ali r. A. Dengan mengatakan bahwa para sahabat itu adalah
musuh-musuh ‘Ali. Inilah akar sebutan orang-orang di luar Syi’ah yang
mengatakan bahwa asal masalah “Rafdh” (menolak selain Khalifah ‘Ali) berasal
dari Yahudi (“Firaq Asy-Syi’ah”, hal. 43-44. Cet Al-Haidariyah, Najef 1379 H].
Hal yang sama juga diungkapkan Abu Umar Al-Kasysyi, ulama Syi’ah abad 4 H dalam
bukunya “Rijal Al-Kasysyi” hal. 101. Mu’assasah Al-A’lami. Karbala Iraq.
Sebenarnya awal, keberadaan Abdullah bin Saba yang Yahudi ini ditentang habis-habisan
oleh para ulama Syiah. Namun karena bukti yang ada terlalu kuat, maka
ulama-ulama Syiah pun mengakuinya. Muhammad Husain Az-Zen seorang Syi’ah
kontemporer mengatakan, “Bagaimanapun juga Ibnu Saba’ memang ada dan dia telah
menampakkan sikap ghuluw (melampaui batas), sekalipun ada yang meragukannya dan
menjadikannya tokoh dalam khayalan. Adapun kami sesuai dengan penelitian
terakhir maka kami tidak meragukan keberadaannya dan ghuluwnya. ” [Asy-Syi’ah
wa At-Tarikh, hal. 213].
Sebenarnya banyak literatur klasik yang berasal dari kalangan mereka sendiri
yang meneguhkan keberadaan dan peranan seorang Yahudi bernama Abdullah bin
Saba (Ibnu Saba) dalam memecah kaum Muslimin. Hal ini dipaparkan
semata-mata agar umat Islam menyadari dan bisa menilai dengan obyektif apa
sesungguhnya yang mereka tampakkan sekarang ini.
Sumber:
eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Give comments and criticism are best for this blog the better