Kebenaran dan pembenaran
kalau dilihat dari segi kata, sangatlah beda tipis karena keduanya mempunyai
kata dasar yang sama yaitu “benar” tetapi dari segi arti maknanya akan menjadi
lain bahkan sangat bertolak belakang. Kita bisa bedakan
dengan cara mendefinisikannya.
Kebenaran adalah segala sesuatu realita/fakta yang bisa
dibuktikan. Disini perlu alat akurnya baik berupa fisik, metafisik, observasi/
dan yang tidak kalah pentingnya kitabullah dan sunnah.
Sedangkan pembenaran adalah sesuatu perbuatan
atau perkataan yang disiasati dengan maksud tertentu, atau mengeles dari
kebenaran yang sebenarnya dan pada akhirnya yang bersangkutan bisa lepas dari
tuduhan untuk dipersalahkan.
Contoh sederhanya, sang bos bertanya kepada bawahan “kenapa
terlambat??’ si karyawan bilang macet Bos!” Pertanyaannya apakah atasannya
percaya begitu saja? Kalau memang realitasnya macet, apakah itu bisa dijadikan
alasan untuk karyawan terlambat terus?’’ tentunya karyawan itu bisa
memperhitungkan waktu kapan harusnya ia star dari rumahnya agar terhidar dari
kemacetan.
Contoh
lain dikisahkan dalam sejarah bahwa pada suatu hari Rasululloh S.A.W dan para
sahabatnya berkumpul dalam satu majlis ilmu” Rasululloh memerintahkan para
sahabat untuk selalu menghadiri sholat berjamaah di Mesjid” karena memang
selain keutamaannya disamping itu Rasul sangat mewajibkan bagi laki-laki untuk
sholat di Mesjid.
Lantas
tidak lama kemudian salah satu sahabat angkat tangan, beliau adalah Umimaktum”
wahai Rasululloh apakah untuk saya ada keringanan agar bisa sholat dirumah?”
alasannya dikarenakan beliau buta, tapi apa jawaban Nabi Muhammad? Apakah kamu
mendengar adzan? Dijawab oleh Ummimaktum “ya saya mendengar suara adzan! “kalau
begitu kamu tetap pergi ke Mesjid” jawab Nabi.
Terkadang dalam hidup kita,
ada hal-hal yang kita anggap benar menurut logika, tetapi tidak semuanya berdasarkan pada Kebenaran hati yang paling dalam. Terkadang hal-hal yang terlihat atau tampak benar, sebenarnya
hanyalah berdasarkan pada pembenaran semata, dan tidak semua kebohongan dan
kesalahan terungkap kebenarannya.
Mungkin
ada dari kita yang kadang sering melakukan pembenaran terhadap sesuatu yang
kita ketahui salah, contoh kecilnya adalah disaat kita berdusta/berbohong. Kita
tahu bahwa hal tersebut salah, tapi kita melakukan pembenaran dengan memberikan
berbagai alasan bahwa kita boleh melakukannya karena lupa, padahal kita
sebenarnya sengaja melupakannya akhirnya timbul sebuah sikap/prilaku yang
kebablasan. Ini salah, dan kalau kita biarkan ini terjadi terus menerus, maka
kita akan jadi terbiasa melakukannya ibarat orang lagi sakau atau kecanduan.
Contoh lainnya adalah disaat kita sulit menerima fakta yang disampaikan pada kita adalah kebenaran, walau kita mengetahuinya bahwa apa yang disampaikan pada kita adalah yang benar, tapi kita tidak mau
mengakuinya.
Padahal kalau kita mau jujur dan menyadari bahwa kita ini hanyalah
manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf, serta mau berjiwa besar
mengakui kesalahan kita dan tidak melakukan pembenaran terhadap kesalahan kita
dengan menolak kebenaran yang ada, maka kita akan menjadi seorang yang
benar-benar menegakkan kebenaran.
Ketahuilah, kebenaran itu, bersumber dari Allah, sedangkan pembenaran itu bersumber dari manusia. Perhatikan firman Allah Swt berikut ini :
Ketahuilah, kebenaran itu, bersumber dari Allah, sedangkan pembenaran itu bersumber dari manusia. Perhatikan firman Allah Swt berikut ini :
,ysø9$# `ÏB y7Îi/¢ (
xsù ¨ûsðqä3s? z`ÏB tûïÎtIôJßJø9$# ÇÊÍÐÈ
”Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu,
sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”
(QS. Al Baqarah [2] : 147).
Sebenarnya
kalau kita mau jujur dengan hati kita sendiri, maka kita akan menemukan bahwa
kebenaran itu membawa pada ketenangan tapi sebaliknya pembenaran yang kita
lakukan, akan membawa kita pada kegelisahan. Perhatikan hadits shahih berikut
ini : ”Seorang sahabat
Nabi Saw yang bernama Wabishah ra datang dengan menyimpan pertanyaan di dalam
hatinya tentang bagaimanakah cara membedakan antara kebajikan dan dosa. Sebelum
Wabishah bertanya, cermin hati Nabi Saw telah menangkap isi hatinya. ” Wahai
Wabishah, mau aku jawab langsung atau engkau utarakan pertanyaanmu terlebih
dahulu?” Wabishah menjawab,” Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.” Beliau
bersabda,” Engkau datang untuk bertanya bagaimana membedakan antara kebajikan
dan dosa.” Wabishah berkata, “Benar.” Beliau Saw merapatkan jari-jarinya dan
menempelkannya pada dada Wabishah, seraya bersabda “Mintalah pendapat pada
hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu, wahai Wabishah. Sesuatu itu adalah
kebaikan bila ia membuat hati tenteram, membuat jiwa tenteram, sedangkan dosa
membuat kegelisah dalam hati dan kegoncangan dalam dada.(Mintalah pendapat pada hatimu dan
mintalah pendapat pada jiwamu), meskipun orang-orang telah memberikan pendapat
mereka kepadamu tentang hal itu.” ( HR.al-Darimi dari
Wabishah ra dan HR. Ahmad).
Orang
yang menegakkan kebenaran akan selalu berusaha mengintrospeksi dirinya,
sedangkan orang yang selalu melakukan pembenaran, terhadap segala sesuatu yang
dilakukannya, akan selalu berusaha menutupi kesalahannya, entah itu karena
gengsi, malu untuk mengakui kesalahan, atau karena sombong, hingga sulit
menerima kebenaran yang disampaikan orang lain. Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang pandai adalah yang
mengekang jiwanya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang
lemah adalah yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan
terhadap Allah.” (HR at-Turmudzi dan Ibnu Majah).
Ketahuilah
bahwa kebenaran akan membawa kemudahan dan kebahagiaan bagi kita diakhirat
kelak, sedangkan pembenaran atas kesalahan yang kita lakukan, hanya akan
mempersulit kita di akhirat kelak. Perhatikan firman Allah Swt berikut ini :
(#às¬6t^ã ß`»|¡RM}$# ¥Í´tBöqt $yJÎ/ tP£s% t¨zr&ur ÇÊÌÈ È@t/ ß`»|¡RM}$# 4n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR ×ouÅÁt/ ÇÊÍÈ öqs9ur 4s+ø9r& ¼çntÏ$yètB ÇÊÎÈ
”Pada hari itu diberitakan kepada
manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia
itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan
alasan-alasannya.” (QS. Al Qiyaamah [75] : 13-15)
Semoga
Allah Swt memberi petunjuk-Nya pada kita semua untuk bisa menemukan
jalan yang terang, mengetahui dan mengikuti kebenaran dan semoga kita semua
terhindar dari melakukan pembenaran-pembenaran atas segala salah dan khilaf
yang kita perbuat. Dan semoga Allah Swt mengampuni semua pembenaran-pembenaran
yang pernah kita lakukan selama ini dan semoga kita diberikan kekuatan untuk
bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil dan yang lebih penting tidak
mengulanginya lagi, amin… Wallahu a’lam bissawaab.
jadi harus menerima apa yg telah ditetapkan
BalasHapusKebenaran di tafsirkan dengan kebenaran juga bukan dengan hawa nafsu
Hapus