Dunia memasuki
akhir zaman memang semakin aneh kelihatannya, kalau saya membahas ini bukan
berarti sok-sokan tapi cuma prihatin dengan bangsa ini khususnya orang-orang
yang mengaku umat Nabi Muhammad SAW tapi prilakunya sangat jauh dari
nilai-nilai sunnah yang di ajarkan oleh beliau. Ada kota yang menyandang kota
madinatul iman tapi realitanya pemimpinya dan para aparaturnya malah membuat
acara nonton bareng gerhana matahari dipantai, seperti inikah yang dicontohkan
oleh suri tauladan kita?
Insyaallah
gerhana matahari yang akan terjadi pada Rabu, (09/03/16) besok. Mari
menyambutnya dengan sikap yang tidak berlebihan, lihatlah dengan pandangan bashiroh,
yaitu melihat dengan kaca mata hati bukan dengan egoisme nafsu duniawi, karena
dunia penuh dengan fatamorgana yang melalaikan, mudah-mudahan bagi yang akan menjadikan
ajang hiburan semata untuk ditonton hingga mendatangkan artis mendapat
petunjuk-Nya dan tidak bermaksiat melalui momen peristiwa sunatulloh ini.
Berbicara
tentang menyaksikan gerhana matahari bukannya tidak boleh, tentu hal tersebut
sah-sah saja. Namun, sebagai seorang muslim tentu islam mempunyai aturannya
yang jelas dari sunah, betul tidak? Bukan hanya ikutan-ikutan yang lain dengan
berperilaku sangat berlebihan seperti yang telah disebutkan di atas. Yups,
islam adalah agama yang sempurna, tak ada agama satupun yang ada aturannya
selengkap agama islam.
Islam telah mengatur
dan memerintahkan penganutnya ketika melihat gerhana matahari seperti
apa dan bagaiman seharusnya berprilaku dan bersikap?
Semua itu sudah
dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya berikut ini:
“Jika kalian
melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan), maka segeralah untuk
melaksanakan shalat,” (HR. Bukhari No. 1047).
Berdasarakan
hadits di atas, maka ketika kita melihat gerhana matahari maka langsung
mengerjakan shalat gerhana matahari.
Adapun tata
cara pelaksanaan shalat gerhana matahari sebagai berikut:
1. Memastikan
terjadinya gerhana bulan atau Matahari terlebih dahulu.
2. Shalat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Sebelum shalat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,
”Ash-shalatu
jaami’ah.”
4. Jika niat
diucapkan:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ
الشَّمْسِ / لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
. Shalat
gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.
6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud.
7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surah kembali
8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surah
kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang
daripada surat kedua. Misalnya rakaat pertama membaca surat Yasin (36) dan
ar-Rahman (55), lalu rakaat kedua membaca al-Waqiah (56) dan al-Mulk (78)
9. Setelah shalat disunahkan untuk berkhutbah
Seorang muslim semestinya mengambil dari tanda-tanda kekuasaan
Allah hikmah yang terkandung di dalamnya.
Diantara sekian banyak hikmah dari gerhana matahari dan
bulan adalah apa yang dinukil oleh Al Imam At Thabary dari sebagian Ulama.
Imam Abu Abdillah, da'i di Ma'had Assunah menjelaskan
“Bahwa di antara faidah terjadinya gerhana matahari dan
bulan adalah:
1. Matahari dan bulan adalah salah satu di antara makhluk
Allah yang besar namun tunduk di bawah kekuasaan Allah.
2. Dengan terjadinya gerhana maka akan terjadi perubahan
iklim dan keadaan setelahnya.
3. Pengingat terhadap hati yang lalai dan lupa akan
Rabbnya, sehingga akan sadar dan melakukan kewajibannya sebagai hamba Allah.
4. Sebagai pelajaran untuk semua manusia apa yang akan
terjadi di hari qiyamah kelak, sehingga semakin mempersiapkan diri untuk
menghadapi hari bertemu dengan-Nya.
5. Sebagai pengingat bahwa manusia harus selalu berada
dalam kondisi Al Khauf (takut) dan Ar Roja (mengharap Pahala Allah), begitulah
matahari tertutup setelah normal, kemudian menjadi normal kembali.
6. Juga kadang seorang yang tidak berdosa akan terkena dampak
musibah, bagaimana dengan yang selalu berbuat dosa, maka berhentilah.
7. Kebanyakan kaum Muslimin mendatangi shalat tanpa
perasaan takut, dengan adanya Shalat Gerhana dengan kondisi yang mencemaskan
dari gerhana tersebut barangkali menjadi kebiasaan baik untuk selalu pergi ke
masjid menjalankan shalat lima waktu dengan penuh rasa takut jika tidak
diterima shalatnya. ( Lihat : Ghayatul Ahkam : 3 / 252 – 2523 ).
Mudah-mudahan kita semua dan saya pribadi tidak ikut
arus zaman yang liar ini, sudah saatnya umat islam lebih mendekatkan diri
pada-Nya. Semoga Allah menerima semua amalan
kebaikan kita dan menjadikan kita semua termasuk hamba-hamba yang diridhai-Nya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Give comments and criticism are best for this blog the better