Permainan Bola Sudah masuk Sistem Dajjalisme?

Melihat perkembangan sepak bola di Indonesia cukup memprihatinkan dan menyedihkan apalagi kalau dikaitkan dengan masalah kepada kepengurusan ditingkat elit kekuasaan. Kalau ketua pengurusnya mau bertahan, sedangkan rakyat memintanya turun, lantas sampai kapan pro kontra ini?

Ya bagi para pembaca jawab sendiri, pada pembahasan kali ini saya hanya membatasi pada sebuah artikel yang sempat saya baca, dimana di artikel itu dikatakan bahwa Piala Dunia sudah masuk skenario global artinya melaui acara pertandingan atau kompetisi liga sebenarnya sudah dalam perangkap sistem dajjalisme benarkah demikian?

Dalam kritik itu saya sependapat bahwa memang kalau kita coba mengutif QS. Al-hadid : 20

Yang artinya “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)

Piala Dunia 2010 sudah berlalu dimana acara tersebut sangat menyedot perhatian para penggemarnya yang ada dipelosok dunia tak terkecuali penggemar di Indonesia, karena memang kalau masalah bola rakyat di negri ini tidak pernah ketinggalan untuk menyaksikannya dari anak kecil sampai kake-kake pun tidak mau ketinggalan. Dan lebih  gila lagi yang sudah terkena sindrom bola mereka melakukan persiapan atau tepatnya ritual untuk menyambut tamu agung bernama piala dunia itu. Industri media cetak dan elektronik negeri ini pun tak kalah sengit untuk ikut larut  dan berpesta pora dalam balutan epistimologi kapitalisme meraup materi sebesar-besarnya dengan dibukanya pertandingan pertama piala dunia tersebut.

Paras manis sepakbola memang begitu memikat para penikmat dan maniak bola. Betapa tidak, sepakbola saat ini bukan hanya sebagai olahraga tapi sudah menjadi agama baru buat mereka para pemain kesayangan mereka pun  bak menjadi nabi seketika, seolah alam tidak sadar mereka berteriak memekak telinga “not only as sport but also as religion.” Jelas tidak heran kalau kemudian seorang Johan Cruijjf legendaris sepakbola asal Belanda menyebutkan, “Mereka yang tidak mengerti sepakbola adalah mereka tanpa hati nurani.” Fakta tersebut memang tidak mungkin diulas disini, tapi penulis ingin mengatakan bahwa saat ini sepakbola sekarang sudah bergeser menjadi agama baru bagi para penganutnya.

Dalam Protokol Zionis Versi Rothchild menyebutkan, “Konspirasi akan membakar semangat rakyat hingga ke tingkat histeria. Saat itu rakyat akan menghancurkan apa saja yang kita mau, termasuk hukum dan agama. Kita, bahkan akan mudah menghapus nama Tuhan dan susila dari kehidupan”

Sepakbola, Piala Dunia  dan Sistem Dajjal

Ahmad Thomson dalam bukunya “Sistem Dajjal” menyebutkan bahwa Dajjal akan muncul sebagai individu, sebagai gejala sosial budaya global dan sebagai kekuatan gaib yang tidak tampak. Dan saat ini yang baru muncul adalah fenomena yang terkait dengan tatanan sosial, budaya, politik, pendidikan, ekonomi, hukum dan moralitas yang mengalami kekacauan (chaos) akibat dari kekuatan atau ideologi yang tidak nampak tadi. Sedangkan Dajjal sebagai individu menurut Thomson memang saat ini belum nampak artinya baru berbentuk sistem.

Dari penjelasan Thomson, mengenai "sistem" saya mencoba menanggapinya dari sudut pandang ontologi dan axiologinya mengambil dari istilah atau cabang filsafat sebagai induknya ilmu. Axiologi (Nilai ilmu) bisa  memberikan barometer sejauh mana sistem itu memberi mamfaat buat manusia?, saya rasa  nilai yang didapatkan lebih banyak moderatnya daripada kebaikannya buat manusia apalagi buat umat islam tentu selain  mudhorat juga lebih banyak melalaikan. Dan apalagi kalau sistem Dajjal ini axiologinya disandarkan pada  nilai agama tauhid tentu yang ditawarkannya adalah seperangkat nilai-nilai yang paradoks dengan iman dan tauhid, karena memang semuanya berbasis hedonisme dan matrealiasme yang tanpa sadar kita digiring kepada kekufuran, karena memang worldview dari sistem Dajjal ini adalah kekufuran sejati.

Lalu bagaimana relevansinya gerakan Dajjalisme ini dengan fenomena sepakbola selama ini. Ya realitasnya setiap sudut bumi dari timur dan barat selatan maupun utara apabila pertandingan bola baik nasional maupun  internasional selalu menyedot perhatian khalayak ramai dan itu mampu menghifnotis siapa saja  bahkan yang tidak suka bola pun bisa terseret karenanya. Sejenak mari kita review kembali ingatan kita akan fenomena kerusakan moral dan sosial akibat gerakan Dajjalisme di lapangan hijau ini baik di tingkat dunia maupun lokal.

Mungkin masih hangat dalam ingatan kita bagaimana fatwa mufti Al-Azhar yang mengharamkan fanatik sepakbola terhadap para supporter mesir ternyata tidak mendapat tanggapan, yang terjadi malah sebaliknya para supporter fanatikus sepakbola dari negeri pyramida itu justru terlibat kerusuhan dengan sesama supporter al-jazair setelah pertandingan prakualifikasi piala dunia  yang dimenangkan aljazair November 2009 tahun silam, dan contoh kasus yang lebih baru pada piala AFF Januari  2011 ketika  Indonesia  VS  Malaysia betapa nilai-nilai persaudaraan lebih pada sebatas persaudaraan kebangsaan  bukan  persaudaraan karena  sama-sama umat islam, sepakbola rupanya lebih mampu menghitam-putihkan setiap keadaan baik yang kita sadari maupun yang tidak disadari.

Kerusuhan antar supporter akibat fanatik sepakbola bukan hal yang aneh lagi dalam ingatan kita, Tragedi Heysel, Belgia, pada Piala Champions Eropa  tahun 1985 memakan korban nan memilukan, disusul empat tahun kemudian meletus tragedi  Hillsborough dikota Sheffield pendukung fanatik Liverpool meregang nyawa sia-sia lagi-lagi karena tumbal sepakbola. Kemudian mari kita tengok bumi pertiwi kita ini, fenomena kerusuhan Jakmania, The Viking, Bobotoh atau Bonek, Aremania, Hooligan Mania, ikut mewarnai kerusakan moral dan sosial akibat “agama baru” bernama sepakbola ini.

Kemudian mari  kita jalan-jalan  sejenak ke negara Jerman sana, ummat muslim Jerman  menjadi saksi atas  pelecehan terhadap Islam dan Rasulullah yang dilakukan oleh supporter klub Schalke lewat yel-yel lagu klub mereka, dimana dalam lagu tersebut tersembul bait yang menyebutkan “Muhammad adalah seorang Nabi yang tidak memahami sepakbola, Namun dari semua warna yang ada Nabi memilih warna kebesaran Schalke, biru dan putih,” jelas hal tersebut merupakan penghinaan dan membuat muslim jerman marah..lagi-lagi logika sepak bola sudah menjadi “agama baru” bukan hanya sekedar olahraga bagi para fanatikusnya. Dalam piala dunia nanti entah mana lagi yang akan dijadikan tumbal fanatisme dan  logika “agama baru”  tersebut dan kita pun dipaksa untuk “mengimaninya”

Euforia Piala Dunia dan nasib Ummat  

Agaknya sentilan penuh canda yang cukup menohok dari seorang ustadz, beliau mengatakan bahwa saat piala dunia tengah berlangsung maka dapat dipastikan sebagian umat Islam akan rajin “qiyamulail” setiap malam, kiblatnya adalah televisi dan wiridnya adalah teriakan “Goaalllll…!!! Goaaallll..! atau mungkin wirid lain yang membuatnya lebih khusyu sampai matahari pagi tersenyum kepadanya.

Namun di saat yang sama di belahan bumi Islam disana, Palestina, Iraq, Afghanistan, Patani Thailand dan lainnya tengah berkecamuk mempertahankan akidah dan berlomba-lomba menjemput syahid fi sabilillah demi membeli syurganya Allah dengan tetesan darahnya. Dan kepada mereka yang berjuang melawan kebiadaban tentara Zionis, setiap hari harus berhadapan dengan mortir mematikan yang siap menyalak setiap saat mengantarkan menuju syahid.

Sementara kita, di sini, di tempat yang nyaman ini, masih  terlena dalam buaian Dajjalisme berselimut euphoria semu. Masihkan kita terlena sambik  berteriak  goaaaalllllll...!Sementara saudara kita diPalestina banyak yang bergelimpangan baik karena korban penyiksaan maupun karena kelaparan?

1 komentar:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus

Give comments and criticism are best for this blog the better

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...