Koreksi Nasrudin Joha pada Raja Timur Lenk

Ketika saya membaca ayat pada suroh Thoha ayat 44 yang artinya ”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” Dari ayat ini Allah menceritakan kepada manusia akhir zaman dan terkhusus buat umat islam, perintah dari ayat ini sebenarnya tidak hanya ditujukkan kepada Musa dan Harun ketika ia diperintahkan oleh Allah untuk memperingatkan Fir’aun ketika ia berkuasa dengan penuh kezholiman. Tapi ayat ini sebenarnya juga berlaku buat umat sekarang, ya bagaimana umat seharusnya dalam bersikap ketika para penguasa zholim atau diktator dalam memimpin sebuah negara.

Berbicara masalah ayat diatas tentu masih sangat relavan untuk dijalankan pada saat ini, mengingat betapa banyak tragedi yang memilukan hanya gara-gara salah cara menyampaikan peringatan kepada Penguasa. Sebenarnya kalau kita mau belajar bagaimana cara bijak dalam menyampaikan nasehat atau teguran kepada Penguasa itu banyak cara, salah satu contoh kita bisa belajar pada Nasrudin Joha beliau adalah seorang sufi yang hidup di kawasan sekitar Turki pada abad-abad kekhalifahan Islam hingga penaklukan Bangsa Mongol. Walaupun orangnya kelihatan seperti suka melawak dan bertingkah aneh-aneh, tapi orang senang dengan gayanya salah satunya kalau berbicara selalu ada humornya.

Dalam sebuah riwayat memang dikatakan yakni ketika ia masih muda, Nasrudin selalu membuat ulah yang menarik bagi teman-temannya, sehingga mereka sering lalai akan pelajaran sekolah. Sampai-sampai kemudian gurunya yang bijak sempat meramalkan: "Kelak, ketika Nasrudin sudah dewasa, ia akan menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katanya, orang-orang akan selalu menertawainya."

Dan terbukti ketika ia sudah dewasa banyak lelucon yang ia lakukan dalam berinteraksi dengan siapapun baik dengan orang yang dikenalnya maupun yang tidak dikenalnya. Namun selucu-lucunya dia, ketika ia berhadapan dengan penguasa ia bisa menempatkan dirinya dan kalau dimintai nasehat oleh penguasa ia dapat menyampaikan dengan penuh bijaksana. Mungkin diantara pembaca sudah pernah tau tentang hal ini, yaitu ketika Raja Timur Lenk mengundang para ulama untuk hadir keistananya, undangan itu dimaksudkan adalah untuk minta pandangan rakyatnya. Dari setiap ulama sampai rakyat jelata mendapat pertanyaan yang sama:

"Jawablah: apakah aku adil ataukah lalim. Kalau menurutmu aku adil, maka dengan keadilanku engkau akan kugantung. Sedang kalau menurutmu aku lalim, maka dengan kelalimanku engkau akan kupenggal."
Dari masalah ini banyak rakyat menjadi korban ditangan Rajanya sendiri bahkan ulamanya sendiri dibantai oleh Timur Lenk ini. Dan akhirnya, tibalah waktunya Nasrudin diundang ke Istana. Ini adalah perjumpaan resmi Nasrudin yang pertama dengan Timur Lenk. Timur Lenk kembali bertanya dengan angkuhnya :

"Jawablah: apakah aku adil ataukah lalim. Kalau menurutmu aku adil, maka dengan keadilanku engkau akan kugantung. Sedang kalau menurutmu aku lalim, maka dengan kelalimanku engkau akan kupenggal."
Dengan menenangkan diri, kemuidan ia menarik nafas dengan perlahan-lahan kemudian ia menjawab :
"Sesungguhnya, kamilah, para penduduk di sini, yang merupakan orang-orang lalim dan abai. Sedangkan Anda adalah pedang keadilan yang diturunkan Allah yang Maha Adil kepada kami."
Setelah berpikir sejenak, Timur Lenk mengakui kecerdikan jawaban itu. Maka untuk sementara Nasrudin Joha terbebas dari kejahatan Timur Lenk. Nah dengan bebasnya Nasrudin ia pun meninggalkan istana Raja untuk kemudian membuat trategi baru dan niat Nasrudin bagaimana suatu saat sang Raja bisa sadar dan insaf atas perbuatannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give comments and criticism are best for this blog the better

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...