Jangan Takut Menikah


Ketika saya bertanya kepada teman, kenapa belum menikah? Jawabannya yang terlontar selalu “saya belum siap, dan yang teman yang satu juga seperti itu, lantas kapan siapnya?.

Dan pada umumnya bingung untuk menjawabnya, apakah ini merupakan alasan yang dibuat sendiri atau alasan yang memang benar-benar tidak mampu secara finansial. Ketika orang mempersulit apa yang dimudahkan Allah, mereka akhirnya benar-benar mendapati keadaan yang sulit dan nyaris tak menemukan jalan keluarnya ibarat lingkaran setan yang tak berujung.

Betapa banyak orang menunda  pernikahan tanpa ada alasan syar'i dan akhirnya mereka benar-benar takut melangkah di saat hati sudah sangat menginginkannya. Atau ada yang sudah benar-benar gelisah tak kunjung ada yang mau serius dengannya.

Lingkaran Ketakutan yang sangat rawan

Ketika di usia 21 tahun, pada umumnya para bujang/ lajang menunda pernikahan karena khawatir dengan ekonominya yang belum  memadai. Pada saat di usia menjelang 30 th hingga tiga 35 th sudah lain lagi masalahnya.

Kaum adam mengalami  yang dinamakan sindrom kemapanan (meski wanita juga banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30). Mereka (kaum adam)  banyak menginginkan pendamping dengan kriteria yang kadang sulit dipenuhi oleh para kaum hawa begitupun sebaliknya.

Sejalan dengan hukum kategori, semakin banyak kriteria semakin sedikit yang masuk kategori. Begitu pula “kriteria tentang jodoh”, ketika menetapkan kriteria yang terlalu banyak maka akhirnya tidak ada yang sesuai dengan keinginannya, jadilah gigit jari, akhirnya kalau sudah kepala tiga siapa aja deh”  (khususnya kaum hawa).

Dan kaum hawa kalau sudah berusia sekitar 35 tahun, masalahnya bukan kriteria lagi tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya? Inilah yang selalu terngiang-ngiang dibenaknya.

Untuk kaum adam ketika usia sudah 40 th, ketakutan kaum  ini sudah berbeda lagi, kecuali bagi mereka yang tetap terjaga hatinya.

Jika sebelumnya banyak kriteria yang dipasang pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi isteri dengan baik dan memuaskan? Semakin banyak deh masalahnya.
Dan lebih tragis lagi ketika usia beranjak 50 tahun, ada ketakutan lain yang mencekam. Yakni kekhawatiran ketidakmampuan mencari nafkah lahir batin sementara anak masih kecil.

Atau ketika masalah nafkah tak merisaukan khawatir kematian lebih dahulu menjemput sementara anak-anak masih perlu bimbingan dan masalah pendididikan, curahan kasih sayang dll.


Abu Hurarirah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda: ”Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridha akan agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar di permukaan bumi” (HR. Tirmidzi)

Keimanan yang kering, Melahirkan keputusasaan

Jangan ditunda-tunda apa yang menghimpit saudara kita sehingga mereka sanggup menitiskan air mata.

Awalnya adalah karena mereka menunda apa yang harus disegerakan, mempersulit apa yang seharusnya dimudahkan. Padahal Rasulullah s.a.w. berpesan melalui sabdanya:
Wahai Ali, ada Tiga perkara jangan ditunda-tunda; apabila Solat telah tiba waktunya, Jenazah apabila telah siap penguburannya, dan perempuan apabila telah datang laki-laki yang sepadan meminangnya." (HR Ahmad)

Hadits ini dengan sangat terang menjelaskan agar tidak boleh mempersulit pernikahan baik langsung maupun tak langsung. Secara 'lansung' adalah menuntut mahar yang terlalu tinggi. Atau yang sejenis dengan itu. Ada lagi yang 'tidak secara langsung'.
Mereka membuat kebiasaan yang mempersulit, meski nyata-nyata menuntut mahar yang tinggi atau resepsi yang mewah.

Sebagian orang mengadakan acara peminangan sebagai acara tersendiri yang tidak boleh kalah mewah dari resepsi pernikahan sebahagian lainnya melazimkan acara penyerahan hadiah atau dengan uang belanjanya untuk biaya pernikahan secara tersendiri lagi.
Apabila seseorang tak kuat menahan beban, maka dari pihak laki2 bisa saja melakukan penundaan pernikahan semata-mata hanya karena masalah biaya yang begitu banyak.
Tentu sebagian kita sangat khawatir akan lunturnya niat dan bergesernya tujuan, sehingga pernikahan itu kehilangan barokahnya!.

Dan penyebab lain adalah lemahnya keyakinan kita bahwa Allah pasti akan memberi rezeki atau boleh jadi cerminan dari sifat tidak qona'ah (mencukupkan diri dengan yang ada).Dan masalah ini sangat penting untuk diperhatikan bagi yang mau menikah.

Pilihlah yang punya  keimanan dan ketakwaan

Suatu saat ada yang datang menemui Al Hasan (cucu Rasulullah). Ia ingin bertanya sebaiknya dengan siapa putrinya menikah? Maka Al Hasan r.a berkata:
"Kawinkanlah dia dengan orang yang bertakwa kepada Allah. Ini karena, jika laki-laki mencintainya, ia memuliakannya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak akan berbuat zalim kepadanya."

Dari nasihat Al- Hasan mengantarkan kita semua untuk menjernihkan fikiran. Jika kita menikah dengan orang yang bertakwa, cinta yang semula tiada meski cuma benihnya, dapat bersemi indah karena komitmen yang memenuhi jiwa dalam lubuk hati. Wallahu a'lam bissawab.

Sumber : Hidayatullah or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give comments and criticism are best for this blog the better

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...