ISLAMIC ARTICLE--Umar bin
Khattab dianugerahi Allah SWT dengan ketegasan, keberanian kepada setiap
orang bahkan setan pun kalau berpapasan pasti menyingkir daripada harus ketemu
Umar, dan dibalik sikap tegasnya beliau memiliki hati yang sangat lembut. Kisah
rumah tangga kholifah
Umar dapat
menggambarkan betapa tinggi budi pekerti sang khalifah dalam menghormati istri.
Syahdan, diceritakan seorang laki-laki berjalan
tergesa-gesa menuju kediaman Khalifah Umar bin Khatab r.a. Ia ingin mengadu
pada Kholifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan
rumah khalifah, laki-laki itu tertegun.
Dari dalam rumah terdengar istri
Kholifah Umar bin Khatab r.a sedang marah-marah. cerewetnya melebihi istri yang
akan diadukannya pada Umar. Subhanalloh…tapi, tak sepatah katapun terdengar
keluhan dari mulut kholifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah.
Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang Kholifah
Umar bin Khatab r.a yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat
istrinya marah? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu
tegas pada siapapun?. Ini 5 rahasia Umar mengapa ia lebih memilih berdiam diri
atau seakan tunduk dalam menghadapi istrinya:
Apa yang dilakukan oleh kholifah Umar sangat sejalan dengan
ayat yang terdapat pada surah An-Nisa.
“Dan bergaullah
dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak” (QS. An-Nisa : 19)
1. Istri adalah benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata.
Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya dirinya akan kesulitan
mengendalikan syahwatnya kepada wanita sekitarnya. Istri yang selalu berada di
sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di
kemudian hari.
Maka, ketika kholifah Umar
terpikat pada wanita, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang
melindunginya dari bahaya syahwat dan mebentengi dirinya dari api neraka. Lebih
dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2. Istri sebagai Pemelihara
Rumah
Dikala dirinya bekerja siang
malam dalam mengumpulkan harta. Umar mendapati Istrinya yang selalu menjaga,
memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak
menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa
bayaran.
Jika suami menggaji seseorang
untuk menjaga hartanya 24 jam, berapa pula ia harus membayar untuk menggantikan
peran istri serupa itu. Niscaya akan sulit menemukan pemelihara rumah yang
ikhlash dan telaten daripada istrinya dalam menjaga hartanya.
3. Istri membantu menjaga
penampilan suami
Umumnya laki-laki tak bisa
menjaga penampilan. Dalam berpakaian, atasan dan bawahan sering tak sepadan.
Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaiannya,
memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang,
menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan
istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu.
4. Istri sebagai pengasuh
Anak-anak
Perjuangan dan pengorbanan istri
dalam sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir anak-anak
yang menggembirakannya. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat
anak-anak agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat.
Jika ada yang salah dengan
pertumbuhan anak, pastilah istri yang disalahkan. Bila anak membanggakan lebih
dulu suami yang mendapatkan pujian. Baik buruknya sang anak ke depan tak lepas
dari sentuhan istrinya. Kholifah Umar bin Khatab r.a paham benar akan hal itu.
5. Istri sebagai penyedia
Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di
seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami cuma
tahu ada hidangan, tiada terpikir bagaimana susahnya cara menyajikannya, mulai
dari alotnya tawar menawar di pasar menyiapkan bahan-bahan makanan untuk
diracik dan dimasaknya.
Yang suami tahu hanya makan.
Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri
si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami.
Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini,
Kholifah Umar bin Khatab r.a kerap diam setiap istrinya marah. Umar memahami
peran Istrinya yang capek, mungkin juga jenuh dengan segala beban rumah tangga
di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara
hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan
untuknya.
Untuk segala kemurahan hati sang
istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah istrinya itu melalui ungkapan
kemarahan dan kecerewetan yang diterimanya. Umar hanya mengingat
kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya.
Bila istri sudah puas menumpahkan
kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda.
Hingga tak terhindar percekcokan karena suami sebagai pemimpin tidak terima
dimarahi istri.
Akankah saya sebagai imam didalam rumah tangga masa kini dapat mencontoh perilaku
Kholifah Umar bin Khatab r.a ini?. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi
juga menjadi pemimpin idaman bagi keluarganya. MasyaAllah kalau membaca sejarah
ini jadi sempat merenung, betapa istri yang selama ini selalu menemani dikala
susah dan gundah jadi ga tega kalau mau mengomeli dirinya, ya Allah
tambahkanlah kesabaran dan ketabahan pada hamba disetiap menghadapi masalah
rumah tangga, engkau yang lebih mengetahui setiap isi hati manusia tentu punya
kehendak untuk merubahnya dan pasti ada hikmah yang besar disetiap peristiwa.
Wallahu a’lam bissawaab.
Dikisahkan dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Give comments and criticism are best for this blog the better