ISLAMIC ARTICLE--Sebagian orang
berpendapat bahwa, sebuah rumah tangga belumlah disebut rumah tangga jika tidak
dibumbui sesuatu yang agak dramatis bahkan ibarat film tidak seru kalau tidak
ada aksi menegangkan, ya kan ^_^ ? atau
istilah lain perang dunia,,aduuh maaf jadi melebar pembahasannya . Ya maksudku
ibarat sayur tanpa garam, pasti rasanya gimana? Seperti itulah lika -likunya.
Yang membuat prilaku istri itu bermacam model; mulai dari permintaan yang ga terpenuhi, perhatian yang
kurang dan tidak sedikit gara-gara cemburu, rasa cemburu secara sikologis
adalah wajar, yang dimiliki setiap manusia. Bahkan Allah sendiri pun memilki
sifat cemburu. Tentunya sifat cemburu Allah berbeda dengan cemburunya makhluk,
sifat cemburu Allah sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya.
Sebagaimana dikisahkan
dari Anas bin Malik yang menunjukkan bahwa Nabi hanyalah manusia biasa,
terutama para istri beliau dalam hal menjalani rumah tangga bersamanya.
Tatkala Nabi sedang
berada di salah satu rumah istri-istrinya. Suatu ketika salah seorang dari
istri Nabi mengutus seseorang untuk memberikan piring yang berisi makanan
kepada Nabi. Kemudian seorang istri Nabi memukul tangan utusan tersebut hingga
terjatuhlah piring tersebut dan pecah.
Nabi pun segera
mengumpulkan pecahan piring tersebut, kemudian mengumpulkan makanan yang telah
terjatuh dari piring tersebut. Nabi pun berkata, “Ibumu sedang cemburu.”
Kemudian Nabi
menahan utusan tersebut sampai menyerahkan piring baru yang ada di rumah istri
beliau, sebagai pengganti piring yang telah pecah tadi, dan membereskan pecahan
piring yang tadi. (HR. Al-Bukhari).
Jelasnya dari hadist diatas adalah, ketika itu Rasululloh sedang menemui
sejumlah tamu yang tidak lain adalah para sahabat beliau. Tiba-tiba terdengar
suara piring pecah. Ternyata Aisyah baru saja memukul piring berisi makanan
yang dibawa oleh pembantu Zainab untuk disuguhkan kepada Rasululloh. piring itu
pecah dan makanannya pun berhamburan.
Menyaksikan insiden tersebut Rasulullah tidak marah
apalagi membentaknya. Beliau tidak merasa harga dirinya turun. Beliau tidak
merasa kehormatannya dipermalukan. Beliau tidak merasa khawatir disebut sebagai
suami yang tidak mampu mendidik istrinya untuk mengendalikan emosi. Sama sekali
tidak.
Rasululloh mendekatinya dengan tenang, seperti tak
terjadi apa-apa. Kemudian beliau memunguti makanan dari kurma tersebut dan
meletakkannya di sisa-sisa piring, kemudian membawanya ke majelisnya yaitu para
sahabatnya untuk dimakan bersama, masyaAllah…
“Maaf… ibu kalian sedang cemburu,” kata Rasulullah
kepada para sahabatnya. Tak lupa, beliau mengganti piring yang sudah pecah
tersebut dengan piring yang utuh untuk dibawa kembali oleh pembantu kepada
Zainab.
Demikianlah akhlak agung Rasululloh. Khuluqun
‘adhiim. Beliau tidak mempermasalahkan masalah, namun menyelesaikan masalah.
Beliau tahu saat itu Aisyah sedang cemburu karena di hari giliran Aisyah,
Zainab mengirimkan makanan untuk Rasulullah. Maka Aisyah pun memecahkan piring
sebagai ekspresi kecemburuannya.
Dan Rasululloh memecahkan masalah dengan bijak.
Beliau tidak memarahi Aisyah karena memarahi istri yang sedang marah akan
menimbulkan masalah baru. Masalah semula tidak terselesaikan, justru suami
istri terlibat pertengkaran. Rasululloh tidak mau melakukan itu dengan emosional.
Namun memecahkan piring orang lain tetap saja tidak
dapat dibenarkan. Dan karenanya harus diganti. Karena itulah hadits ini dibahas
panjang lebar oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fahtul Baari, untuk mengambil
istinbath jika seseorang memecahkan barang milik orang lain, haruskah mengganti
dengan barang atau bisa dalam bentuk uang.
Rasululloh juga kalem saja di hadapan para sahabat,
seperti tidak ada masalah sesuatu. Beliau tidak menyalahkan Aisyah karena
menyalahkan istri di depan orang lain adalah bukanlah tindakan yang baik. Orang
yang mendengar akan mengetahui bahwa keluarga tersebut sedang bermasalah,
sementara mereka belum tentu bisa membantu menyelesaikan masalahnya,,betul
ga?..
Dari kisah di atas kita bisa bayangkan. Misalnya saya
atau saudara-saudara sedang menerima tamu. Tiba-tiba istri saudara ribut dengan
seseorang yang membawa makanan ke rumah lantas memecahkan piringnya. Apa yang
saudara lakukan?,,kebayangkan…^_^ pasti seru seperti perang dunia ke 3..aahhh
maaf jadi lebay dikit…
Kebanyakan orang mungkin akan memarahi istrinya
karena telah membuat malu di depan para tamu. Atau mungkin keluar sumpah
serapah, atau bahkan keluar tendangan seribu bayangan. Atau setidaknya ia
merasa malu, kehormatannya sebagai tokoh masyarakat tercemar oleh perilaku
istrinya. Ya mudah-mudahan kita semua dapat mengelola emosi dengan lebih
terkontrol baik dengan istri terlebih lagi terhadap anak-anak.
Ya tiba-tiba aku jadi teringat dengan hadist yang selalu dibacakan oleh murid-muridku tercinta kelas 2 SDIT Luqman Al Hakim, setiap selesai sholat berjamaah. Bunyi hadistnya:
Ya tiba-tiba aku jadi teringat dengan hadist yang selalu dibacakan oleh murid-muridku tercinta kelas 2 SDIT Luqman Al Hakim, setiap selesai sholat berjamaah. Bunyi hadistnya:
لا
تغضب ولك الجنة
"Laa
taghdlob walakal jannah"
Artinya : Jangan marah bagimu (pahala)
surga
Ayo siapa yang ga mau surga?” Emang sih kemampuan
mengelola rasa marah ini gampang-gampang susah ia membutuhkan proses, namun
dampaknya akan sangat positif apabila kita bisa mengendalikannya. Karna dampak
positifnya adalah mampu membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain di
sekitarnya, dan yang tidak kalah pentingnya akal pikiran akan lebih sehat, jadi
awet muda ^_^ wallahu a’lam bissawaab.
sumber : keluargacinta.com
teladan yang sangat baik..
BalasHapusSemoga kita bisa meneladani Rasululloh S.A.W
BalasHapus