Makar Orang Kafir : Freedom of the Press

Freedom of the Press. Ya, kebebasan pers. Bebas tanpa batas. Kalau pun ada batas, maka batas itu pun masih ditafsir bebas tiada berbatas.
Freedom of the Press. Deret kalimat ampuh untuk memayungi keberadaan media massa di tengah masyarakat dan di hadapan penguasa.
Dengan slogan ‘Kebebasan Pers’ media massa bebas melakukan pemberitaan sesuai misinya.
Ungkapan ‘Kebebasan Pers’ sendiri bila ditelisik bukan asli karya anak bangsa Indonesia.
Ungkapan itu muncul bersumber dari Amandemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat: “Congress shall make no law… abridging the freedom of speech, or of the press.” (Kongres dilarang membuat hukum… yang membatasi kebebasan berbicara atau pers).
Karena itu, tak aneh bila ‘Kebebasan Pers’ sangat kental beraroma Amerika.
Lebih-lebih, lahirnya Undang-undang Pers No. 40/1999 di Indonesia tak lepas dari keterlibatan ahli hukum Article 19, Toby Mendel.
Sisi lain, UU Pers No. 40/1999 melandasi Pasal 19 UU HAM: “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat-pendapat dengan tidak mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat-pendapat dengan cara apa pun juga dengan tidak memandang batas-batas.” (Lihat Membincang Pers, Kepala Negara, dan Etika Media, Sirikat Syah, hlm. 3—4)
Lengkaplah sudah arti sebuah kebebasan. Bebas menerabas kultur masyarakat Indonesia yang banyak diwarnai norma agamis.
Bebas tidak memandang batas-batas.
Jadi, media massa pun bebas menyiarkan berita selama ada fakta.
Tak mempedulikan dampak berita itu di tengah masyarakat. Juga tak mempedulikan asas kepatutan dan moral.
Sebut saja, siaran televisi berisi talk show yang mengadu domba, sinetron yang menyesatkan dan membodohkan, atau sebuah acara yang menayangkan naluri dan perilaku rendah manusia digali dan diekspos (Lihat Membincang Pers, hlm.194), infotainment yang banyak membongkar aib, serta berita yang dikemas sesuai misi meraup dunia dan kekuasaan. Bahkan, tak sedikit yang terang-terangan menyajikan menu yang mengundang syahwat selera rendah.
Media massa telah menjadi alat untuk menyuarakan kebebasan yang tiada kendali. Walau dengan kebebasan itu bakal menimbulkan berbagai kerusakan di tengah masyarakat.
Media massa semakin jauh dari kesantunan. Media massa menjadi pupuk penyubur para kapitalis tak berhati lurus.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang menginginkan agar (berita) perbuatan yang keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (an-Nur: 19)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah memberi penjelasan terkait ayat di atas bahwa yang dimaksud “menyukai penyebaran perbuatan keji (al-fahisyah) di kalangan orang-orang beriman” meliputi dua makna yaitu :
1) Menyukai al-fahisyah tersebar di tengah kaum muslimin.
Terkait hal ini, menyebarkan beragam film cabul dan surat kabar (atau media lainnya –red.) yang jelek, jahat dan porno. Media-media semacam ini, tak diragukan lagi, merupakan media yang menyukai penyebaran al-fahisyah di tengah masyarakat muslimin. Mereka menghendaki timbulnya kerusakan agama pada diri seorang muslim. Tentunya, kerusakan itu timbul melalui sebab perbuatan mereka (yang menyebarkan al-fahisyah) melalui beragam majalah, surat kabar, dan media lainnya. Barang siapa menyukai al-fahisyah itu tersebar di tengah kaum muslimin, dia berhak untuk mendapatkan azab yang pedih di dunia dan akhirat.

2) Menyukai al-fahisyah tersebar pada kalangan tertentu, bukan lingkup masyarakat Islam secara menyeluruh.
Balasan bagi yang berbuat demikian ialah diazab di dunia dan akhirat. (Syarhu Riyadhi ash-Shalihin, I/598)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin menyebutkan pula bahwa musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi, Nasrani, musyrikin, komunis, dan para kaki tangannya sangat bersemangat menebarkan godaan wanita di tengah kaum muslimin.
Mereka menyerukan tabarruj, mendedahkan aurat wanita, menghasung ikhtilat, mengajak pada kerusakan akhlak. Mereka dengan gencar menyuarakan semua itu melalui media yang mereka miliki, baik secara lisan maupun tulisan.
Mereka mengetahui, ini merupakan godaan terbesar yang akan menjadikan manusia lupa kepada Rabb dan agamanya. Semua itu bisa terjadi melalui pintu godaan wanita. (Syarhu Riyadhi ash-Shalihin, 1/48)
Membincang fitnah wanita, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan perihal itu, sebagaimana diungkap hadits Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu,
“Tiada fitnah sepeninggalku kelak yang lebih membahayakan (selain godaan) wanita terhadap laki-laki.” ( HR. al-Bukhari no. 5096, Muslim, no. 97)
Apa yang terjadi kini?
Makar orang kafir untuk menghancurkan kaum muslimin di antaranya dengan memperalat kaum wanita. Lebih memprihatinkan lagi, banyak kaum muslimah tidak menyadari bahwa dirinya diperalat untuk kepentingan busuk orang-orang kafir.
Hingga kaum muslimah berbondong-bondong menjajakan diri, memamerkan kecantikan dan kemolekannya, guna dipasarkan oleh kaum kafir melalui media mereka. Nas’alullaha as-salaamah.
“Hendaknya, kita jangan tertipu oleh seruan orang-orang yang berbuat kejelekan dan kerusakan dari kalangan yang membebek orang-orang kafir. Mereka mengajak untuk berikhtilath (membaurkan antara wanita dan laki-laki). Sebab, sungguh itu ajakan setan. Wal ‘iyadzu billah,” demikian penjelasan asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al- ’Utsaimin rahimahullah.
** Makar Yahudi
Yahudi kerap kali memanfaatkan media guna menyusupkan pemahamannya. Melalui media, disusupkanlah pemahaman-pemahaman yang mengagungkan kaum kafir.
Diopinikan, seakan persenjataan dan kelengkapan militer orang-orang kafir itu canggih dan tak ada yang mampu menandinginya.
Propaganda melalui tayangan telivisi, misalnya, bisa berakibat menumbuhkan jiwa inferior (minder, merasa kecil dan tak berdaya) pada sebagian kaum muslimin di hadapan kaum kafir. Seakan-akan orang-orang kafir itu hebat, sedangkan kaum muslimin lemah. Seakan-akan kaum kafir itu unggul, sedangkan kaum muslimin tersisih.
Secara perlahan namun pasti, nilai-nilai itu tertanam dalam benak sebagian kaum muslimin. Mereka mengelu-elukan kehidupan orang-orang kafir, bahkan meniru gaya hidup mereka dan membuang ajaran Islam. Begitu dahsyat pengaruh media massa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh kalian akan mengikuti jejak orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Andai mereka masuk ke lubang dhab (binatang sejenis reptil), niscaya kalian akan mengikutinya. Ditanyakan, ‘Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nasranikah?’ Jawabnya, ‘Siapa lagi?’” ( HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abi Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu)
Dunia film, sinetron, drama dengan segala bentuk aktingnya menjadi daya tarik. Sebagian kaum muslimin bahkan tergiur dengan pertunjukan akting tersebut.
Setapak demi setapak program siaran televisi yang dikelolanya telah membuka celah untuk mengikuti jejak Yahudi dan Nasrani. Melalui tayangan televisi yang dikelola mereka terkuak pintu petaka.
** Upaya Menghancurkan Agama Allah ‘azza wa jalla
Orang-orang kafir dan munafik tiada henti untuk menghancurkan agama Allah ‘azza wa jalla.
Semenjak dahulu hingga sekarang makar itu terus berlangsung. Mereka hendak memadamkan cahaya Islam melalui beragam media yang dimilikinya.
Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.” (ash-Shaf: 8)
Untuk menghancurkan akhlak kaum muslimin, orang-orang kafir, dan munafik merancang strategi dengan menerbitkan majalah, tabloid, surat kabar, dan media audio-visual, seperti televisi, yang menyuguhkan kisah-kisah berselera rendah. Menampilkan gambar-gambar seronok.
Sementara itu, dalam dunia sosial politik ditebar beragam berita yang merendahkan penguasa, bahkan mencela dan mencacatnya.
Walau pun mereka membungkusnya dengan kemasan kata “mengkritisi” atau dengan bahasa “pers sebagai alat kontrol sosial”.
Dampak dari media semacam ini, masyarakat terdidik untuk suka mencela pemerintah. Padahal tindakan demikian bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Barang siapa yang merendahkan (menghina, mencela) penguasa Allah ‘azza wa jalla di muka bumi, Allah ‘azza wa jalla akan merendahkan (menghinakan)nya.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2224 )
Demikian pula sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Barang siapa ingin menasihati penguasa karena satu perkara, hendaknya jangan melakukannya di hadapan publik (secara terbuka). Akan tetapi, lakukanlah dengan cara mengambil tangannya lantas (menasihatinya) di tempat tersembunyi bersamanya (tidak dipublikasikan). Jika ia menerima (nasihat)nya, itulah (yang diharap). Jika tidak menerima nasihatnya, sungguh nasihat itu telah sampai kepadanya.” (HR. Ahmad dari Syuraih bin Ubaid radhiallahu ‘anhu)
Adapun untuk menebar kerancuan memahami Islam, sejumlah media telah getol menyuguhkannya.
Pemahaman Islam Liberal, Syiah, Mu’tazilah dijajakan dalam beragam bentuk, baik secara terang-terangan maupun melalui cara halus tersembunyi. Bahkan, ada sebuah terbitan yang menyediakan halaman khusus.
Selain itu, media pun kerapkali menggiring masyarakat untuk membenci dan tak menyukai orang-orang yang menampakkan syiar-syiar keislaman.
Peristiwa terorisme dijadikan kuda tunggangan untuk menghantam orang-orang yang berpegang teguh kepada Islam yang benar.
Tak sedikit media yang tak mampu membedakan siapa teroris dan siapa yang benar-benar mengamalkan Islam secara baik dan benar.
Satu contoh, tuduhan Wahabi identik (dengan) terorisme seringkali dilontarkan media. Padahal, bila ditelisik, pengelola media itu sendiri tidak memahami sejatinya apa dan bagaimana Wahabi itu. Tragis!
Kini, tampak di hadapan kita betapa banyak anggota masyarakat yang tak mengindahkan bimbingan Islam yang mulia ini.
Senyatanya, inilah yang dikehendaki orang-orang kafir dan munafik.
Mereka menghendaki agar ajaran Islam ditinggalkan oleh umatnya. Dengan begitu Islam tiada menyinari kehidupan manusia.
Begitulah makar orang-orang kafir dan munafik. Wal ‘iyadzu billah.
Namun, yang menjaga Islam adalah Allah ‘azza wa jalla.
Kesucian dan keberadaannya dipelihara Allah ‘azza wa jalla. Betapa pun busuk makar orang-orang kafir dan munafik, Allah ‘azza wa jalla tetap akan menampakkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.
Kebenaran akan tetap tampak walau orang-orang kafir, munafik, musyrik membencinya.
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya.” (ash-Shaf: 9)
Hati-hati memilih media.
Sebab, hal ini menyangkut keselamatan agama yang ada pada kita.
Allahu a’lam.
oleh: Ust. Abul F Ayip

Fakta ini Sudah Mulai Terungkap, ISIS Mulai Diragukan Bergerak Demi Jihad

PARIS, ISLAMIC ARTICLE- Nama Hasna Ait Boulahcen (26), teroris wanita yang meledakkan dirinya sendiri dalam sebuah penyergapan di St Denise, Prancis, mendadak sering disebut-sebut oleh media di Eropa.
Tapi, siapa sebenarnya Hasna? Apakah benar dia seorang pemeluk agama yang begitu fanatik?
Hasna ternyata memiliki latar belakang yang sangat mengejutkan.
Dikutip dari Daily Mail, alih-alih seorang yang taat, Hasna ternyata sosok wanita yang gemar mabuk-mabukan.
Sehari setelah kematianya, keluarga Hasna menyebut dia sebagai sosok yang sangat tidak religius.
Ia pecandu berat minuman keras, dikenal tak pernah lepas dari rokok, dan tidak pernah beribadah.
Kakak Hasna, Youssouf Ait Boulahcen, mengatakan bahwa Hasna bahkan sebelumnya tidak pernah memakai hijab apalagi burka.Wallahu a'lam bisswab.

sumber : tribunnews.com

Ramai-Ramai Mengepung Umat Islam

Oleh: Dr. Adian Husaini
Umat Islam merasakan ada sesuatu yang tidak adil; tetapi suara mereka seperti tersekat.
RASULULLAH Shallallahu  ‘Alaihi Wassallam   bersabda: “Hampir tiba suatu masa dimana berbagai kaum mengepung kalian, bagaikan orang-orang yang lapar mengerumuni hidangan mereka.” Maka seorang sahabat Nabi   bertanya: “Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada hari itu?”  Nabi   menjawab: “Bahkan, pada hari itu jumlah kamu banyak, tetapi kamu (laksana) buih dari air yang mengalir;  dan Allah Subhanahu Wata’ala akan mencabut rasa takut terhadap kalian dari hati musuh-musuh kalian; dan Allah Subhanahu Wata’ala akan menancapkan ke dalam hati kalian penyakit al-wahnu.” Seorang sahabat bertanya: “Apakah al wahnu itu Ya RasulAllah ?”   Rasulullah Shallallahu  ‘Alaihi Wassallam menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud)
Di zaman seperti sekarang, kita, umat Islam, patut benar-benar merenungkan makna hadits Nabi Muhammad   tersebut. Bahwa, ada satu zaman dimana kondisi umat Islam laksana buih. Jumlahnya banyak, tetapi tidak berharga; tidak disegani oleh musuh-musuh Islam. Ketika itu umat Islam ada dalam kondisi dikeroyok oleh berbagai kaum. Mereka yang mengepung umat Islam itu adalah manusia-manusia lapar yang meleleh air liurnya, sedang siap menerkam hidangan lezat. Mereka siap menerkam dan mencabik-cabik, melumat, dan menelan hidangan lezat di hadapannya.
Gambaran Nabi   tentang kondisi umat Islam seperti itu mengejutkan para sahabat beliau yang mulia. Maka, seorang diantara mereka bertanya, apa sebab-musababnya, sehingga umat Islam menjadi makhluk lemah tak berdaya dan super-hina seperti itu? Apakah karena mereka berjumlah sedikit?  Nabi   pun menjawab, bahwa jumlah umat Islam itu banyak. Tetapi, mereka adalah “buih” air yang mengalir. Buih adalah benda tidak berharga; tidak bernilai, tidak diperhitungkan; mengikut saja kemana arus air mengalir.
Ketika itulah umat Islam menjadi bulan-bulanan berbagai kaum; menjadi ajang permainan; tidak berdaya dihadapan musuh-musuh yang sudah lama menunggu kesempatan mencabik-cabik mereka. Rasa takut, rasa segan, apalagi rasa hormat terhadap umat Islam tiada lagi. Lalu,  Rasulullah Shallallahu  ‘Alaihi Wassallam  menjelaskan akar masalah atau sumber penyakit umat Islam, yakni mereka terjangkit penyakit ganas bernama “al-wahnu”, yaitu penyakit cinta dunia dan takut mati. Ibarat virus HIV, penyakit al-wahnu kemudian menggerogoti daya tahan tubuh manusia. Berbagai virus atau bakteri penyakit – bahkan yang daya  virulensinya lemah sekalipun – dengan leluasa merusak sel-sel dan jaringan tubuhnya.
Mari kita renungkan dengan pikiran jernih dan perasaan yang lapang! Apakah kondisi kita dan umat Islam sekarang ini seperti telah digambarkan oleh  Rasulullah Shallallahu  ‘Alaihi Wassallam   ?  Jumlah kita di Indonesia sekarang lebih dari 200 juta jiwa. Itu jumlah yang sangat besar. Jumlah kaum Yahudi di dunia saat ini saja tidak sampai 15 juta orang. Tetapi, dunia paham, bagaimana kedudukan dan kemampuan kaum Yahudi dalam menguasai berbagai bangsa, termasuk umat Islam. (Lihat: www.davidduke.com).
Kaum yang kecil ini masih terus menjajah, menista, dan membunuhi orang-orang Palestina. Bangsa Palestina yang berjuang untuk merebut kemerdekaan justru sering diposisikan sebagai pihak yang salah; diberikan julukan militan, radikal, dan teroris. Sementara negara Israel masih nyaman dengan aneka perilaku kejahatannya. Tak ada sanksi internasional yang diterimanya.
Israel masih saja menikmati dukungan dari negara AS dan khususnya kaum Kristen fundamentalis (Kristen-Zionis) yang mempercayai kejayaan negara Yahudi Israel sebagai prasayarat kedatangan Yesus kedua kalinya (the second coming of Christ). Meskipun membunuh ribuan warga jajahan Palestina, media-media massa internasional tidak menjuluki Benyamin Netanyahu sebagai seorang militan atau teroris Yahudi. Itu sangat berbeda dengan pelaku serangan 11 September 2001 dan Serangan Paris belum lama ini – siapa pun mereka. Para pemimpin dunia langsung meneriakkan para pelakunya sebagai teroris.
Di Indonesia, umat Islam bisa memahami dan merasakan, bagaimana dahsyatnya serbuan kaum Kristen GIDI di Papua terhadap masjid dan kios-kios umat Islam di sana. Serangan itu dilakukan ketika umat Islam sedang menjalankan shalat Idul Fithri. Pemerintah tahu itu. Umat Islam pun paham, bagaimana kemudian proses penanganan terhadap para pelaku. Mereka tidak disebut sebagai teroris atau diberikan label teroris Kristen. Entah sudah berapa puluh tentara dan polisi yang meninggal dibunuh di Papua. Hingga kini, pelakunya tidak disebut sebagai teroris. Mereka hanya disebut kelompok bersenjata.
Umat Islam merasakan ada sesuatu yang tidak adil; tetapi suara mereka seperti tersekat. Dari berbagai berita dan informasi yang beredar terus-menerus secara beruntun melalui media sosial dan media komunikasi umat – khutbah, majlis taklim, dan sebagainya – terbentuk pemahaman yang sama, bahwa umat Islam merasa diperlakukan tidak adil. Perasaan itu bisa terus terakumulasi, tertimbun dalam hati,  seperti api dalam sekam.  Semua kekacauan dunia ini ditimpakan kesalahannya kepada ISIS dan kelompok sejenis. Dulu, kesalahan itu ditimpakan kepada al-Qaeda (Al Qaidah). AS dan kawan-kawannya tidak pernah salah. Might is right. Yang kuat adalah yang benar.
Digelontorkan opini global, bahwa yang salah adalah kaum radikal. Liberal tidak salah.           Umat Islam lalu dipaksa berpikir liberal, meskipun dengan kemasan baru.  Dibuatlah opini, seolah-olah ada yang namanya “Islam Nusantara”, yang katanya berbeda dengan “Islam Arab”.  Katanya, Islam Nusantara itu hebat sekali, karena bersifat damai dan toleran.
Sejumlah survei menggambarkan bahwa umat Islam Indonesia tidak toleran, karena tidak bisa menerima paham-paham dan aliran sesat. Umat Islam disuruh menerima paham dan apa saja, sehingga umat Islam layak menerima julukan “terhormat” sebagai umat yang toleran, berwawasan pluralisme dan multikulturalisme. Pokoknya telan saja!
Pada saat yang sama, umat Islam dan bangsa Indonesia dipaksa menerima aneka jenis hiburan yang “melenakan” jiwa bangsa.
Berbagai perilaku amoral, mengumbar aurat, melecehkan norma dan akal sehat, terus-menerus diberikan tempat terhormat di layar kaca. Semua atas nama kebebasan. Paham liberalisme ekstrim yang membongkar nilai-nilai moral agama dan kesopanan pun bebas dijejalkan kepada masyarakat. Lalu, disela-sela tontonan yang memanjakan syahwat, diselipkan iklan perlunya bangsa Indonesua melakukan revolusi mental.  Apa definisinya? Telan saja dulu.
Dari berbagai pertanyaan yang muncul dalam forum-forum kajian dan perkuliahan, saya memahami adanya keresahan umat Islam di Indonesia terhadap diri dan bangsa mereka. Sebagai mayoritas, umat Islam seperti merasakan adanya kekuatan dahsyat yang mengeroyok diri dan keimanan mereka. Ironisnya, umat Islam merasa tidak berdaya, karena mereka berhasil dipecah belah dan diadu-domba. Devide et impera! Artinya, pecah belah dan adu domba! Sebagian tokoh dan kalangan umat Islam diangkat, diberikan tempat terhormat, untuk digunakan menyerang kelompok lain. Ratusan tahun kekuatan penjajah – yang kecil jumlahnya – berhasil memecah belah bangsa Indonesia dan kemudian dengan leluasa mengeruk kekayaan alam negeri kita.
Sepatutnya, umat Islam mau belajar dari sejarah.
Lihatlah saat ini, kondisi bangsa kita sendiri!  Para politisi yang semua mengaku sebagai patriot dan cinta bangsa, terlibat tindakan saling jegal, saling caci-maki, dan saling hujat, untuk mengangkat diri dan kelompoknya dengan menjatuhkan politisi lain. Rakyat diajari para elite bangsa untuk terus-menerus terlibat dalam pelestarian dendam dan kebencian. Rasa kasih sayang pada sesama perlahan-lahan sirna bersamaan dengan meruyaknya kebebasan saling caci di media sosial.
Mungkin, kondisi umat Islam saat ini bisa diumpamakan laksana seorang musafir yang dirampas harta bendnya dan dilucuti pakaiannya. Yang tersisa tinggal celana kolor,  jiwa, pemikiran, dan keimanannya. Si musafir masih bersyukur, ada yang tersisa. Tapi, si perampas masih tidak puas. Pikiran dan jiwanya pun hendak dilucuti pula. Ia tidak boleh lagi berpikir dan meyakini bahwa agamanya sendiri yang benar. Dengan mudahnya ia mendapat julukan garis keras, fundamentalis, radikal, intoleran, dan sebagainya. Bagi kaum kafir, iman dianggap tidak penting.* (BERSAMBUNG)
Penulis adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam—Universitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP) hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM (hidayatullah.com)

Pemuda Muhammadiyah: “Stigmatisasi Muslim ‘Teroris’ oleh Barat untuk Diskreditkan Islam”

Dahulu Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) dibentuk dari Sabang sampai Merauke untuk mengkonter Komunisme, sekarang diarahkan kepada bencana alam. Namun KOKAM dari saat ini antara lain juga untuk mengkonter aktivitas ekstremisme yang berasal dari orang-orang yang mengatasnamakan agama.
“Dalam hal ini Negara tidak boleh kemudian menstigmatisasi seolah-olah mereka yang terlibat ekstrimisme itu berasal dari organisasi Islam,” kata Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak kepada salam-online di sela-sela Pembukaan Pelatihan Kader Nasional Cinta Negara di Aula Kantor Pusat PP Muhammadiyah, Kamis (3/12) siang.
Stigmatisasi Muslim adalah “teroris”, kata Dahnil, sengaja dilakukan oleh Barat untuk mendiskreditkan Islam.
“Sebut saja peristiwa di Paris, sama sekali tidak ada simbol-simbol Islam di situ, yang bersangkutan justru punya bar, tidak pernah ke masjid,” ungkapnya.
Dengan adanya Islamofobia di Barat, menurut Dahnil, menyebabkan lahirnya “ekstremisme” di daerah lain, baik di Timur Tengah maupun Indonesia.
“Nanti akan muncul sekelompok orang yang merasa agamanya dihinakan, justru mereka memunculkan semangat membela agama, kemudian merasa dilecehkan dan akhirnya marah,” ujarnya.(salam-online.com)

Apa Salah Wanita Palestina ini? Betapa Brutalnya "Polisi Israel"

Sumber polisi “Israel” mengkonfirmasi pada Sabtu (17/10/2015) bahwa Muslimah Palestina asal Yerussalem, Isra Abed, (29), yang ditembak sebelumnya, tidak berniat untuk melakukan serangan penusukan di stasiun bus, sebagaimana dilansir oleh IMEMC.
Isra ditembak dengan lebih dari enam peluru hidup di stasiun bus Afula, Jum’at lalu. Polisi “Israel” mengklaim bahwa Isra berusaha untuk menikam orang “Israel”.
Sumber media mengatakan bahwa Isra membawa pisau untuk alasan pribadi dan dia tidak berniat untuk menikam siapapun.
Sumber polisi “Israel” juga menjelaskan bahwa Isra membawa pisau saat dia di bus di stasiun Afula, tapi dia tidak menikam orang “Israel” sama sekali. Menurut sumber itu, hal ini menimbulkan sejumlah pertanyaan kepada penyidik.
Sumber medis melaporkan bahwa enam peluru tajam dikeluarkan dari tubuh Isra Abed ini.
Isra Abed adalah ibu dari satu anak yang diberondong peluru oleh sekelompok tentara “Israel” dengan sadis. Ia tercatat sebagai mahasiswa jurusan Rekayasa Genetika.
Jum’at lalu (9/10/2015) ia berangkat menuju ke stasiun bus untuk pergi ke kampusnya. Tentara “Israel” menuduh Isra Abed membawa pisau dan akan digunakan untuk menyerang mereka. Namun rekaman video memperlihatkan bahwa saat tentara “Israel” memintanya untuk mengangkat tangan dan Isra Abed telah melakukannya.
Sambil mengangkat tangan, Isra Abed memohon agar tentara “Israel” tidak menembaknya. Namun tentara “Israel” dengan kejinya justru menyalakkan peluru ke arah ibu muda itu. Isra Abed pun jatuh dan meninggal.
Saksi mata mengatakan bahwa pembunuhan ini merupakan pembunuhan keji dengan gaya eksekusi.
Sumber : arrahmah.com

Paris, Jihad dan Jebakan Barat

Barat telah mengambil keuntungan opini dunia dengan kasus Paris dan kelahiran ISIS/IS untuk mendiskreditkan Islam dan jihad.

Oleh: Abu Ummah Al Makassari
TANGGAL 13 November 2015, serangkaian serangan penembakan massal, dan penyanderaan—terjadi di Paris, Prancis dan Saint-Denis. Peristiwa itu sedikitnya menyebabkan 129 orang tewas, 89 di antaranya di teater Bataclan. Namun penulis tidak sedang menghakimi siapa dalang sesungguhnya siapa serangan Paris (paris attack).
Bukan juga mengurai dengan pendekatan teori konspirasi maupun investigasi data primer di balik peristiwa yang menggemparkan dunia dan sebagai hari berkabung massal ini.
Penulis lebih fokus melihat peta respon opini kaum Muslimin di Indonesia sendiri.
Ketika Barat di bawah komando AS menyebut pelakunya ISIS/IS dengan bukti munculnya statement yang diklaim dari pihak ISIS/IS, maka banyak kaum Muslimin ikut terbawa permainan Barat.
Setidaknya ada tiga hal penting yang terjadi pasca serangan Paris.
Pertama, Paris Attack sudah diklaim pelakunya ISIS/IS yang oleh intelijen Barat sebagai bagian dari desain proyek “War On Terrorism”.
Jika WTC 9/11 menggunakan sasaran tuduhan Al-Qaidah maka Paris Attack adalah ISIS/IS
Kedua, banyak dari kalangan kelompok Islam mengikuti mindset yang dikembangkan Barat dengan fokus lebih dalam mengurai-menjelaskan pandangan terhadap keberadaan dan sepak terjang ISIS/IS dengan beragam kesesatannya.
Ketiga, banyak yang mengutuk peristiwa tersebut namun di sisi lain tidak proporsionalnya opini media dunia yang menutup mata berbagai penindasan dalam terorisme yang dilakukan Negara (state terrorism) terhadap kaum muslimin di berbagai negara dunia Islam. Di Iraq, di Afghanistan juga di Palestina dan Gaza.
Branding Kekerasan
Dari ketiga penjelasan tersebut bisa ditarik beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, alasan Barat membranding ISIS/IS menjadi sasaran anatara untuk mendeskripsikan entitas pejuang Islam, ajaran jihad dan khilafah sebagai sebuah bentuk dan gambaran yang mengerikan.
Terlepas adanya sikal ghuluw (berlebih-lebihan) kelompok Islam di medan jihad atau pertempuran, memang pada dasarnya suasana medan perang dan medan jihad berbeda karakternya dengan pergolakan pemikiran dan politik yang normal.
Di medan perang, senjata adalah alat komunikasi utama yang menghubungkan antara kelompok yang satu dengan yang lain.
Kedua, melalui peristiwa Paris Attack, Barat menggunakan isu ISIS/IS, sebagai pintu masuk mendiskreditkan ajaran Islam. Termasuk syariah, jihad dan khilafah beserta entitas pejuang yang mengusungnya.
Parahnya dengan menggunakan pendekatan adu domba melalui invisible hand (tangan-tangan tersembunyi). Pola ini sama dengan yang dilakukan pada peristiwa WTC 9/11, di mana Barat mem-branding Al-Qaidah dan Usamah bin Ladin sebagai kelompok yang radikal dan kelompok fundamentalis.
Barat menjadikan kasus Paris dan ISIS/IS untuk menunjukkan pesan pada dunia juga pada kaum Muslimin sendiri, bahwa jihad dan ide khilafah ada hal yang sangat mengerikan dan kejam. Sebuah konspirasi jahat untuk menciptakan pembunuhan karakter terhadap kaum Muslimin berikut ajarannya.
Ketiga, larut dalam pembahasan panjang tentang keberadaan sepak terjang ISIS/IS dengan segala manuver-manuvernya sama halnya dengan melanggengkan dan mengokohkan upaya Barat menggunakan pendekatan adu domba untuk mendiskreditkan Islam dan kelompok pejuang.
Apalagi akhirnya diketahui dengan pendekatan investigasi data primer otak pelaku di balikParis Attack ternyata bukan ISIS/IS.
Jika demikian yang terjadi, maka Barat telah mengambil keuntungan opini dunia untuk mendiskreditkan Islam dan para pejuang di medan jihad.
Akhirnya perlu kreatifitas untuk mengurai dan merajut realitas politis dan opini media dunia agar tidak terjebak pada skenario perang opini dan jebakan politik yang dikembangkan Barat.Wallahu a’lam bis showab.

sumber : Hidayatullah.com

2 Masyaikh: Bangsa Indonesia pembangkit kejayaan Islam dan kawal tongkat kepemimpinan Imam Mahdi!

Muslimin Indonesia sempat dijadikan perbincangan hangat di Palestina sebagai kaum pembebas Bumi para Nabi dari penjajahan kaum kuffar. Ternyata hal tersebut pernah diutarakan oleh ‘Ulama Rabbani Palestina dan salah seorang Pemimpin Al-Qaeda Iraq, bahkan disebutkan bahwa bangsa timur ini akan mengawal tongkat kepemimpinan Imam Mahdi.
Berikut kisah pertama yang mendukung kabar indah tersebut, sebagaimana pernyatakan Syaikh Dr. Abu Bakr Al ‘Awawidah, Wakil Ketua Rabithah ‘Ulama Palestina dan dituliskan oleh Ustadz Salim A. Fillah yang terus beredar pada media sosial hingga Jum’at (5/12/2014).
Suatu saat kami duduk di Masjid Jogokariyan, di hadirat Syaikh Dr. Abu Bakr Al ‘Awawidah, Wakil Ketua Rabithah ‘Ulama Palestina. Kami katakan pada beliau, “Ya Syaikh, berbagai telaah menyatakan bahwa persoalan Palestina ini takkan selesai sampai bangsa ‘Arab bersatu. Bagaimana pendapat Anda?”
Beliau tersenyum. “Tidak begitu ya Ukhayya”, ujarnya lembut. “Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya ini sesiapa yang dipilihNya di antara hambaNya; Dia genapkan untuk mereka syarat-syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama & kejayaan itu.”
“Pada kurun awal”, lanjut beliau, “Allah memilih Bangsa ‘Arab. Dipimpin RasuluLlah, Khulafaur Rasyidin, & beberapa penguasa Daulah ‘Umawiyah, agama ini jaya. Lalu ketika para penguasa Daulah itu beserta para punggawanya menyimpang, Allahpun mencabut amanah penjayaan itu dari mereka.”
“Di masa berikutnya, Allah memilih bangsa Persia. Dari arah Khurasan mereka datang menyokong Daulah ‘Abbasiyah. Maka penyangga utama Daulah ini, dari Perdana Menterinya, keluarga Al Baramikah, hingga panglima, bahkan banyak ‘Ulama & Cendikiawannya Allah bangkitkan dari kalangan orang Persia.”
“Lalu ketika Bangsa Persia berpaling & menyimpang, Allah cabut amanah itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya Shalahuddin Al Ayyubi dan anak-anaknya.”
“Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada bekas-bekas budak dari Asia Tengah yang disultankan di Mesir; Quthuz, Baybars, Qalawun di antaranya. Mereka, orang-orang Mamluk.”
“Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan amanah itu pada Bangsa Turki; ‘Utsman Orthughrul & anak turunnya, serta khususnya Muhammad Al Fatih.”
“Ketika Daulah ‘Aliyah ‘Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain lagi untuk memimpin penjayaan Islam ini.”
Beliau menghela nafas panjang, kemudian tersenyum. Dengan matanya yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan wajahnya pada kami lalu berkata. “Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi berhidung pesek”, katanya sedikit tertawa, “Yang belum pernah ditunjuk Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini.”

“Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam mereka? Dulu para ‘Ulama mengiranya Khurasan, dan Daulah ‘Abbasiyah sudah menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka menggulingkan Daulah ‘Umawiyah. Tapi kini kita tahu; dunia Islam ini membentang dari Maghrib; dari Maroko, sampai Merauke”, ujar beliau terkekeh.
“Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban Islam.”
“Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali kami, para pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan. Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian datang. Bersabar hingga kita bersama shalat di Masjidil Aqsha yang merdeka insyaaLlah.”
Ah.. Campur aduk perasaan, tertusuk-tusuk rasa hati kami di Jogokariyan mendengar ini semua. Ya Allah, tolong kami, kuatkan kami.
Kisah tersebut juga serupa dengan firasat Syaikh Al-Mujahid Abu Mushab Az-Zarqowiy, Pemimpin Al-Qaeda Iraq saat invasi Amerika Serikat atas nama penggulingan Saddam Husein, sebagaimana diutarakan Ustadz Mas’ud Akrom Syahid pada Kamis (4/12).
Dalam sebuah pesannya kepada bawahannya sebelum beliau Syahid ( insyaallah ) dikatakan,
“Perhatikan bangsa timur, mereka akan dipilih oleh Allah Jala Jalaluh untuk mengawal tongkat kepemimpinan Al-Mahdi, dan saya menganggap mereka adalah Muslimin Melayu Indonesia.”
Wallahu a’lam bish shawab.
Maka ikhwah fiillah, dengan kedua pernyataan tersebut di atas, marilah kita bersatu! Kencangkanlah ikat pinggang, teguhkanlah pendirian, tentukanlah peran apa yang akan kita ambil demi terciptanya mimpi besar itu. Siapkan diri, keluarga dan masyarakat kita untuk bersama-sama membangun harapan mulia itu.
Semoga kita -Muslimin Indonesia- menjadi bagian dari puzzle-puzzle pemenangan Islam 2020, sebagaimana dicanangkan dalam agenda perjuangan berbagai ormas Islam dan harakah di Indonesia (baca: 2020 Indonesia Berperadaban Madinah, Hidayatullah, edisi khusus milad 2008).
Di lain pihak, prediksi terjadinya momentum kebangkitan Islam ini juga diakui oleh sejumlah agen intelijen di berbagai negara di dunia. Hasil analisa mereka yang kuat mengatakan, “akan tiba kehidupan religius berlandaskan syariat Islam secara total pada tahun 2020.”
Perkara ini telah diketahui dari hasil analisis intelijen di 15 negara yang tergabung dalam National Intelligence Council (NIC) yang bermarkas di Kantor Central Intelligence Agency (CIA) di Langley Virginia Amerika Serikat (AS).
Pada laporannya yang berjudul “Mapping the Global Future”, Direktur NIC, Robert Hutchings mengungkapkan kondisi masa depan dunia. Dia menyebutkan, “pada tahun 2020 akan bangkit kembali Kekhalifahan Islam (Islamic Caliphate) baru yakni sebuah pemerintahan Islam yang mampu memberi tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai Barat.” (Harian USA Today, edisi 13 Februari 2005/HU dan Kompas, 16/2/2005).
Jadi, masih ada waktu bagi kita untuk turut andil dalam gerak menuju peradaban Madinah Indonesia 2020. Ikhwah sudah siap? Bismillah.
Sumber : Arrahmah.com

Fenomena Suriah, Dajjal Dan Turunnya Isa Al-Masih

ISLAMIC ARTICLE--Suriah mengalami konflik berkepanjangan. Umat Islam ditindas rezim Syiah. Ratusan ribu nyawa umat Islam melayang. Akankah penindasan itu akan terus berlangsung tanpa berujung? Wallahu a’lam. Berikut nubuwat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallah terkait Syam dan Negeri Akhir Zaman dikutip dari buku Negeri-negeri Akhir Zaman karya Abu Fatiah al Madani
Saksi  Pertempuran Besar Malhamah Al Kubra
Imam Muslim dalam hadits yang panjang menerangkan perang ini dengan detail. Lengkapnya sebagai berikut:
“Tidak akan terjadi kiamat sehingga bangsa Romawi sampai di A’maq atau Dabiq. Kedatangan mereka akan dihadapi oleh sebuah pasukan yang keluar dari kota Madinah yang merupakaan penduduk bumi yang terbaik pada masa itu. Apabila mereka telah berbaris (dan berhadap-hadapan untuk berperang), bangsa Romawi akan menggertak, ‘Biarkan kami membuat perhitungan dengan orang-orang kami yang kalian tawan! (maksud mereka orang Romawi yang telah masuk Islam). Mendengar gertakan itu, kaum Muslimin menjawab, “Demi Allah, kami tidak akan membiarkan kalian mengusik saudara-saudara kami!”
Maka terjadilah pertempuran antara dua pasukan. Sepertiga pasukan Islam akan melarikan diri dari medan pertempuran, maka Allah tidak akan mengampuni mereka (memberi taufiq untuk bertaubat) selama-lamanya. Sepertiga pasukan Islam yang lain terbunuh dan mereka adalah sebaik-baik mati syahid di sisi Allah. Sepertiga pasukan Islam lainnya akan memenangkan peperangan, tanpa mendapatkan fitnah (bencana atau kesesatan) sedikitpun selamanya.
Kemudian mereka menaklukan Konstatinopel. Ketika mereka tengah membagi-bagi harta rampasan perang dan telah menggantungkan pedang-pedang mereka pada pohon zaitun, mendadak terdengar suara teriakan setan, “Sesungguhnya  Dajjal telah menguasai keluarga kalian!”
Mereka pun segera bergegas pulang, namun ternyata berita itu bohong. Tatkala mereka telah sampai di Syam, barulah Dajjal muncul. Ketika mereka lagi mempersiapkan diri untuk berperang dan merapikan barisan, tiba-tiba datang waktu shalat. Pada saat itulah Nabi Isa turun. Ia memimpin mereka (memerangi Dajjal). Begitu melihat Isa, si Dajjal meleleh hancur bagaikan garam yang mencair. Sekiranya ia membiarkannya, sudah tentu musuh Allah itu akan hancur leleh. Namun Allah membunuhnya melalui perantara tangan Isa, sehingga Isa menunjukkan kepada kaum Muslimin darah Dajjal yang masih segar menempel di ujung tombaknya.”
Rasulullah menyebut Romawi dalam Hadits yang menceritakan Malhamah Kubra ini, mengisyaratkan bahwa Amerika bukan unsur utama. Amerika saat itu sudah hancur. Sedangkan Romawi yang dimaksud di sini adalah Eropa. Ini persis mengulang masa lalu saat Perang Salib. Pada akhirnya pada Perang Salib itu umat Islam keluar sebagai pemenangkan. Kemenangan itu juga bakal di raih umat Islam pada akhir zaman kelak. Itulah janji Allah yang tak pernah ingkar.
Ghautah Menjadi Pusat Pertahanan
Rasulullah bersabda, “Perkemahan kaum Muslimin pada saat terjadinya malhamah (perang besar) adalah Gauthah, disamping Damaskus. (Riwayat Ibnu Majah, Al Hakim dan Ibnu Asakir).
Realitas sekarang ini menjadi bukti awal kebenaran nubuwat Rasulullah ini. Ghautah  dibagi menjadi dua distrik (kabupaten): distrik Ghautah Timur dan distrik Ghautah Barat. Selama  revolusi rakyat Suriah (2011-2013), Ghautah Timur menjadi salah satu kekuatan mujahidin. Rakyat Muslim di distrik ini sangat mendudung mujahidin, meski puluhan ribu di antara mereka sudah dibantai rezim Suriah.
Nabi Isa Turun di Damaskus
Salah satu tanda-tanda kiamat, turunnya Nabi Isa menjelang akhir zaman. Berdasarkan Hadits shahih Muslim, Isa turun di menara putih sebelah timur Damaskus. Isa mengenakan dua pakaian yang dicelup dengan waras dan za’faran. Kedua telapak tangannya diletakkan di sayap dua malaikat. Bila ia menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya. Dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti mutiara. Tidak ada orang kafir yang mencium nafasnya kecuali pasti mati. Padahal nafasnya itu sejauh mata memandang.  Isa kemudian mencari Dajjal hingga menjumpainya di pintu Lud, lantas dibunuhnya. Isa lalu datang kepada suatu kaum yang telah dilindungi Allah dari Dajjal. Isa mengusap wajah mereka dan memberi tahu derajat mereka di surga.
Ibnu Katsir menjelaskan Hadits ini, “Berdasarkan beberapa kitab yang saya baca,  beliau turun di menara putih sebelah timur Masjid Jami’ Damaskus.”
Di Damaskus, lanjut Ibnu Katsir, tidak ada menara di bagian timur selain di sebelah Masjid Jami’ Damaskus.
Rasulullah bersabda, “Sebelum terjadi kiamat akan keluar api dari Hadhramaut atau dari laut Hadhramaut yang mengumpulkan manusia. Kami bertanya, “Apa yang engkau perintahkan kepada kami, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, hendaklah kalian berada di Syam.”

Sumber : Buku “Negeri-negeri akhir zaman” karya Abu Fatiah al Madani

Manusia Dan Filoshofi Korek Api

“Manusia dan Korek Api
Manusia dan korek api sama-sama berkepala
Ketika korek api sama-sama bergesekan
Ia langsung memanas atau mungkin berapi-api
Namun,ketika pikiran manusia saling bergesekan
Ia tak harus langsung memanas dan tak perlu berapi-api !
Sebab di kepala manusia ada otaknya”

Tak sengaja lagi browsing “eh ketemu kata-kata di atas” pada sebuah forum  blogdetik.com, masyaAllah kata-kata tersebut cukup mengena dihatiku, sebagai bahan introspeksi diri, ya terkadang kalau kita melihat masalah atau persoalan yang tidak mengenakan dihati rasanya mau berontak.

Coba bayangkan sejenak dari sebatang pohon dapat membuat jutaan batang korek api. Tapi satu batang korek api juga dapat membakar jutaan pohon. Jadi, satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif.

Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak, oleh karenanya setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.


Kita mempunyai kepala, dan juga otak, jadi kita tidak perlu terbakar amarah hanya karena gesekan kecil, disinilah perlunya cek and balance untuk pengendalian diri agar tidak bersikap frontal.


Kalau merujuk pada firman Tuhan pada surah Al-Hujurat ayat :12

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berburuk-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”

"Sense, Sensitif, Sentimen dan Sentimentil"
Mungkin keberatan, dengan apa yang telah ada di sekitar kita. Terkadang antara keinginan dan perasaan selalu bertolak belakang.

"Sense", atau perasaan. Apakah yang menjadi sebuah masalah ? Terkadang perasaan yang lebih dominan, jika dibandingkan dengan akal sehat yang kita miliki.


Apakah yang menjadi sebuah masalah ? "Sensitifkah" atau terlalu peka, rapuh hati, dan sangat perasa hanya gara-gara informasi yang kita terima yang belum tentu benar.


Mungkin, secara tidak sadar kita telah menjadi seorang yang "Sentimen". Atau adanya sebuah reaksi emosional yang sifatnya tetap, terhadap suatu obyek kebendaan atau manusia.


Jangan-jangan, kita sedang memasuki sebuah tingkatan yang lebih tinggi lagi. "Sentimentil", mungkin disinilah kita berada. Sebuah rasa, perasaan penuh haru, rawan, lembut hati, dan terlalu berlebih-lebihan mudah terpancing.


Pada saat emosi tersulut hanya persoalan sepele, cobalah duduk, kalau duduk masih juga terasa panas maka bisa berbaring dan kalau berbaring juga masih belum bisa meredamnya maka jalan terakhir insyaAllah manjur yaitu mengambil air wudhu, itulah yang diperintahkan nabi Muhammad kepada para sahabatnya.


Sebagai bahan renungan terakhirku buat semua, lihatlah pada seekor burung hidup, ia makan semut. Ketika burung mati, semut memakan burung. Waktu terus berputar sepanjang zaman. Siklus kehidupan terus berlanjut. Jangan merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita?.
Kita mungkin HEBAT punya KEKUASAAN tapi waktu lebih berkuasa daripada kita. Waktu kita sekarang memiliki segalanya punya power, kita merasa banyak teman di sekeliling kita. Waktu kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta. Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan. Dan, setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat hidup lebih bermakna saling menghargai, saling membantu dan memberi, juga saling mendukung. Jadilah teman perjalanan hidup yg tanpa pamrih dan syarat.
Believe in "Cause and Effect" Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai. Insya Allah...

Sekuntum Bulan Ramadhan


Telah tiba sekuntum bulan
Dimana wanginya mengharumi bumi sepanjang waktu
Karena saat itulah kemaha
murahan sang Khaliq bertebaran
Menyatu pada segala inti
aktivitas
Ia adalah Ramadhan
Ia bertelaga
jernih dan sejuk
Airnya
seperti mutiara maghfiroh
Ge
miriciknya dzikir, tasbih dan tahlil
Tepianya doa
dengan penuh ketundukkan, dengan penuh kepasrahan
Siapa tak ingin jadi ikannya?
Mari berenang dengan kesunyian nafsu
Agar setiap sirip kita
tidak hanyut sia-sia
Ia rahasia
Tak sekedar
haus dan dahaga
Dan sekali mandi dapat melunturkan daki2 dosa
Tapi sesungguhnya itulah hakekat cinta
Dan salah satu
tazkiyyatunnafs
Karena dengan
sucinya Jiwa
Kita bisa lebih menyadari bahwa kita
bukan siapa2
Bisa lebih memahami
Bahwa kita tak lebih dari sebutir debu
Di
jagad raya-Nya
Dia sepantas-Nya dirindukan
Betapa Dia yang Merajai alam semesta
Di cakrawala bertebar pengampunan, rakhmat
Dan segala kebaikan
-Nya
Diantaranya nuzulul qur’an dan lailatur qodar
Rahmad terbesar-Nya
Untuk orang2 yang mau kembali
Kepada-Nya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...