Nilai Persahabatan

Suatu hari, Nabiyullah Isa AS melakukan perjalanan dengan seorang temannya. Mereka hanya berbekal tiga potong roti.

Ketika sampai di suatu tempat, mereka berdua beristirahat. “Bawa roti itu kemari,” kata Nabi Isa AS kepada temannya.

Lelaki itu memberikan dua potong roti. “Mana yang sepotong lagi?” tanya nabi Isa. “Aku tidak tahu.

Setelah masing-masing makan sepotong roti, keduanya kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai ke tepi laut. Nabiyullah Isa AS menggelar sajadahnya di atas laut, mereka berdua lalu berlayar ke seberang. “Demi Allah yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang telah makan sepotong roti itu?” tanya Nabi Isa kepada temannya. “Aku tidak tahu.”

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan mereka melihat seekor kijang. Setelah dipanggil, kijang itu pun datang menghampiri beliau. Beliau lalu menyembelih, memanggang dan memakannya. Sehabis makan, Nabi Isa AS berkata kepada tulang-tulang kijang, “Berkumpullah kamu.” Tulang-tulang itu pun berkumpul. Beliau lalu berkata, “Dengan izin Allah, jadilah kalian seperti semula.” Tulang-tulang itu segera bangkit dan berubah menjadi kijang. “Demi Allah yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang telah makan sepotong roti itu?” tanya Nabi Isa AS. “Aku tidak tahu,” jawab temannya.

Nabiyullah Isa AS bersama temannya kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai pada sebuah tempat. Mereka duduk beristirahat. Nabiyullah Isa AS memungut tiga bongkahan batu. “Dengan izin Allah, jadilah emas,” kata Nabi Isa AS. Batu itu pun segera berubah menjadi emas. “Ini untukku, yang ini untukmu dan yang satu lagi untuk orang yang telah makan sepotong roti itu,” kata Nabiyullah Isa. “Akulah yang telah makan roti itu,” kata temannya. “Ambillah semua emas ini, aku tak mau berteman dengan pendusta,” kata beliau sambil meninggalkan temannya.

Lelaki tadi lalu duduk di dekat emasnya. Ia tidak mampu membawa ketiga-tiganya, tetapi juga tidak rela meninggalkan sebagian darinya. Ketika ia sedang memikirkan cara membawa ketiga bongkahan emas itu, datanglah dua orang lelaki. Melihat keindahan emas itu, timbul keinginan di hati kedua orang itu untuk memilikinya. “Kalian tidak pantas mengambil milikku dan kalian sama sekali tidak akan mendapatkan bagian,” kata pemilik emas.

Melihat mereka berdua hendak membunuhnya, ia segera berkata, “Emas ini kita bagi saja, satu untukku dan sisanya untuk kalian berdua.” Mereka pun rela dengan pembagian itu. “Ambillah secuil dari bongkahan emas ini, pergilah beli makanan,” kata pendatang kepada pemilik emas.

Setelah mengambil secuil emas, ia lalu pergi membeli makanan untuk mereka bertiga. “Untuk apa aku membagi emas itu dengan mereka berdua, emas itu kan milikku,” pikir si pemilik emas. Timbullah niat untuk meracuni makanan. “Jika mereka berdua mati, emas itu akan jatuh ke tanganku lagi,” pikir si pemilik emas.

Ia lalu membeli racun yang paling ganas, siapa pun yang memakannya pasti akan mati seketika. Racun itu lalu ia taburkan di atas makanan mereka.

Kedua pendatang tadi juga mempunyai rencana, “Mengapa kita harus memberi dia. Jika telah kembali, kita bunuh saja dia. Emas itu semua akan menjadi menjadi milik kita berdua.” Mereka berdua kemudian membunuh si pemilik emas. Dan dengan perasaan senang karena mendapat emas lebih banyak, kedua lelaki itu kemudian menyantap dengan lahap makanan yang baru saja dibeli.

Beberapa tahun kemudian Nabi Isa AS bersama kaumnya melewati tempat itu. Mereka melihat tiga bongkahan emas dan tiga kerangka manusia. “Lihatlah bagaimana dunia memperlakukan mereka,” kata Nabi Isa AS kepada kaumnya. Beliau kemudian berdiri di depan emas dan berkata, “Jadilah seperti asalmu.” Emas itu pun kembali menjadi batu. (I:560)
Disarikan dari Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul Asyraf, Kisah dan Hikmah, Putera Riyadi

Al-Qamah Hampir dibakar oleh Rasulullah

 

Siapa yang tidak mendengar cerita tentang Al-Qomah, cerita yang sangat mengharukan antara anak dan ibu, sebuah keridhoan Allah sangat bergantung pada ridho orang tua. Ya cerita ini berawal ketika tergopoh-gopohnya, isteri Al-Qamah menghadap Rasulullah SAW mengabarkan suaminya sakit keras. Beberapa hari mengalami naza' tapi tak juga sembuh. "Aku sangat kasihan kepadanya ya Rasulullah," ratap perempuan itu, beliau sangat menderita ya antara hidup dan mati.

Mendengar pengaduan wanita itu Nabi SAW merasa iba di hati. Beliau lalu mengutus sahabat Bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan Al-Qamah. Keadaan Al-Qamah memang sudah dalam keadaan koma. Sahabat Bilal lalu menuntunnya membacakan tahlil di telinganya, anehnya seakan-akan mulut Al-Qamah rapat terkunci. Berulang kali dicoba, mulut itu tidak mau membuka sedikitpun.

Tiga sahabat itu lalu bergegas pulang melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang keadaan Al-Qamah. "Sudah kau coba menalqin di telinganya?" tanya Nabi.

"Sudah Rasulullah, tetapi mulut itu tetap terbungkam rapat
tanpa ada suara yang terdengar," jawabnya.

"Biarlah aku sendiri datang ke sana", kata Nab
i dengan tegas.

Begitu melihat keadaan Al-Qamah tergolek diranjangnya, Nabi bertanya kepada isteri Al-Qamah :"Masih hidupkah kedua orang tuanya?" tanya Nabi.

"Masih ya Rasulullah," tetapi tinggal ibunya yang sudah tua renta," jawab isterinya.

"Di mana dia sekarang?"

"Di rumahnya, tetapi rumahnya jauh dari sini."

Tanpa banyak bicara, Rasulullah SAW lalu mengajak sahabatnya menemui ibu Al-Qamah mengabarkan anaknya yang sakit parah. "Biarlah dia rasakan sendiri", ujar ibu Al-Qamah.

"Tetapi dia sedang dalam keadaan sekarat, apakah ibu tidak merasa kasihan kepada anakmu ?" tanya Nabi.

"Dia berbuat dosa kepadaku," jawabnya singkat.

"Ya, tetapi maafkanlah dia. Sudah sewajarnya ibu memaafkan dosa anaknya," bujuk Nabi.

"Bagaimana aku harus memaafkan dia ya Rasulullah jika Al-Qamah selalu menyakiti hatiku sejak dia memiliki isteri," kata ibu itu.

"Jika kau tidak mau memaafkannya, Al-Qamah tidak akan bisa mengucap kalimat syahadat, dan dia akan mati kafir," kata Rasulullah dengan sedikit membujuk.

"Biarlah dia ke neraka dengan dosanya," jawab ibu itu
dengan penuh kejengkelan.

Merasa bujukannya tidak berhasil meluluhkan hati ibu itu, Rasulullah lalu mencari kiat lain. Kepada sahabat Bilal Nabi berkata : "Hai bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya," perintah Nabi.

"Untuk apa kayu bakar itu Rasulullah," tanya Bilal keheranan.

"Akan kugunakan untuk membakar Al-Qamah, dari pada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih cepat mati, dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab Rasulullah.

Mendengar perkataan Nabi itu, ibu Al-Qamah jadi tersentak. Hatinya luluh membayangkan jadinya jika anak lelaki di bakar hidup-hidup. Ia menghadap Rasulullah sambil meratap, "Wahai Rasulullah, jangan kau bakar anakku," ratapnya.

Legalah kini hati Rasulullah karena bisa meluluhkan hati seorang ibu yang menaruh dendam kepada anak lelakinya. Beliau lalu mendatangi Al-Qamah dan menuntunya membaca talqin. Berbeda dengan sebelumnya, mulut Al-Qamah lantas bergerak membacakan kalimat dzikir membaca syahadat seperti yang dituntunkan Nabi. Jiwanya tenang karena dosanya telah diampuni ibu kandungnya. Al-Qamah kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan fasih mengucapkan kalimat syahadat. Ia meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Memang benar sorga berada di bawah telapak kaki ibu. Sungguh keridhoan orang tualah yang menentukkan seorang anak manusia, betapa besar pengorbanan orang tua pada anaknya oleh karenanya janganlah kita menyakiti hatinya.

Jangan ada Kompromi dengan Setan Laknatullah


Dalam sejarah diceritakan pada suatu ketika Rasulullah sedang sholat malam tiba-tiba terdengar suara kucing yang lagi mengeong dengan sangat kencang sekali sampai-sampai Rasulullah merasa terganggu disebabkan suaranya yang memekakkan telinga. Maka kemudian beliau memberhentikan sholatnya untuk sementara, karena beliau ingin menangkapnya, setelah berhasil ditangkap rupanya ia adalah setan yang telah menjelma berwujudkucing.

Pada awalnya Rasul ingin mengikat kucing tersebut yang sebenarnya adalah setan pada sebuah tiang di masjid sampai menjelang pagi agar para sahabat dapat melihatnya. Tapi, Rasulullah teringat apa yang dikatakan Nabi Sulaiman: “Tuhan, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun jua sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (Ash-Shad:35).
Demikianlah menurut riwayat Abdurrazzaq. Rupanya, setan memang tak kenal putus asa untuk selalu mengganggu Nabi SAW. Padahal, Al-Qadhi Iyadh berkata: "Ketahuilah, bahwa seluruh umat berijma' (sepakat) kalau Nabi SAW itu dilindungi dan terpelihara, serta disucikan Allah dari segala macam gangguan dan bisikan setan, baik tubuhnya maupun hatinya."

Kenapa Sholat dan Haji Harus berkiblat kearah Ka’bah ?

Islam adalah ajaran yang rasional dan logis, penyembahan kepada Allah semesta alam yang Maha Besar pada dasarnya tidak mungkin ditujukan hanya kepada satu tempat tertentu saja apalagi Allah berada dimana-mana dan selalu mengawasi setiap gerak dan prilaku diri kita sebagai makhluknya.

Dan kepunyaan Allah sajalah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. Qs. al-Baqarah 2:144
Secaras rielnya ketika praktek dilapangan umat Islam mengarahkan sholat mereka kearah Kabah dimasjid al-haram itu tidak serta merta diartikan sebagai suatu simbol penyembahan pada berhala yang berupa susunan batu hitam, namun semata-mata untuk menjadikan Kabah itu suatu kesatuan tujuan dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Satu.
Selain itu memang ada ayat yang memerintahkan umat islam untuk menghadap ke ka’bah seperti dalam suroh Al-Quraisy yang artinya :

Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (ka'bah).
- Qs. al-Quraisy 106:3
Dengan demikian didalam Islam tidak terjadi perbedaan antara satu bangsa yang menganut Islam dengan bangsa lainnya yang juga menganut Islam mengenai tata cara peribadatan dan arah penghadapannya.

Kita bisa menarik kesamaan dalam kasus ini dengan Garuda Pancasila yang digunakan sebagai lambang negara kesatuan Republik Indonesia. Dimana Garuda Pancasila adalah simbol pemersatu bangsa yang memiliki aneka adat istiadat, budaya, suku dan agama sebagaimana bisa kita lihat slogan pada kaki Garuda Pancasila : Bhineka Tunggal Ika.; Tetapi apakah berarti Garuda Pancasila menjadi sesembahan bangsa Indonesia ? Tentu saja tidak, karena dia hanya sebatas simbol pemersatu semata.

Meski begitu, analogi Garuda Pancasila dan Kabah tadi tidak bisa disamakan dalam kasus penyembahan patung Yesus dan Bunda Maria seperti yang dijumpai dalam tradisi Kristen, karena mereka pada dasarnya memang menyembah dan meminta tolong kepada obyek yang dipatungkan itu dan mereka tidak menganggap patung-patung tersebut sebagai simbol pemersatu sebagaimana posisi Kabah bagi umat Islam. Dengan demikian kasus penyembahan terhadap patung seperti ini masuk dalam kategori menyembah berhala.

Adapun setiap umat sebelum kenabian Muhammad telah dinyatakan memiliki kiblat sholat masing-masing dan ini pun logis, kiblat Nabi Nuh bisa saja berbeda dengan kiblat Nabi Musa begitu seterusnya, hal ini tidak lain karena dakwah masing-masing Nabi dan Rasul sebelumnya hanya terbatas pada daerah kaumnya saja sehingga belum diperlukan adanya kesamaan arah kiblat bagi mereka semua.

Dan bagi tiap-tiap ummat ada kiblatnya dimana ia menghadap kepadanya. - Qs. al-Baqarah 2:148
Berbeda kasusnya manakala Nabi Muhammad diutus kepada semua bangsa, semua daerah dan kesetiap suku menembus adat tradisi dimasing-masing daerah. Perbedaan bisa menjadi suatu perselisihan yang besar apalagi bila perbedaan itu justru menyangkut tata cara penyembahan terhadap Tuhan. Hal ini sebenarnya pun sudah disebutkan oleh Nabi Yesaya seperti yang ada didalam alKitab :

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN dan pujilah Dia dari ujung bumi! Baiklah laut bergemuruh serta segala isinya dan pulau-pulau dengan segala penduduknya. Hendaklah padang gurun dan segala negrinya menyaringkan suaranya, demikian pula seluruh desa yang didiami orang-orang Kedar ! Kitab Perjanjian Lama : Yesaya pasal 42 ayat 10 s.d 11

Disini disebutkan nama Kedar (al-Ghadir), yaitu nenek moyang dari Nabi Muhammad Saw yang terlahir dari Nabi Ismail sebagai putra kedua Nabi Ibrahim as. Bahwa Allah melalui Nabi Muhammad Saw akan menyatukan seluruh Tanah Arabia, menyatukan seluruh keturunan Kedar, mempersatukan seluruh generasi Ibrahim as, bersama dengan seluruh umat manusia dari seantero dunia dalam rangkaian ibadah Haji dirumah Allah, Ka'bah, Mekkah al-Mukarromah sebagaimana terdapat dalam nubuat kitab Yesaya pasal 60 ayat ke-7:

Segala domba Kedar dikumpulkan kepadamu, segala domba jantan Nebayot dihantar akan gunamu, sekalian itu naik keatas mezbah-Ku, dipersembahkan dengan keridhoan hati, maka rumah-Ku yang mulia itu (Ka'bah) akan Ku permuliakan pula.

Penafsiran Ka'bah sebagai rumah Allah yang terdapat dalam Yesaya 60:7 diatas kita sandarkan sendiri terhadap ayat Kitab Yesaya ke-11 dalam pasal yang sama :
"Maka segala pintu gerbangmu pun akan terbuka selalu, baik siang malam tiada ia itu ditutup, supaya dibawa masuk kepadamu akan tentara orang-orang kafir dan segala rajanya pun diantar."
Ayat ke-11 ini kita tafsirkan sesuai kenyataan yang berlaku dihadapan kita, bahwa kota Mekkah al-Mukarromah dimana Ka'bah sebagai Rumah Allah senantiasa terbuka untuk orang-orang yang ingin melakukan ibadah kepada Allah, untuk orang-orang yang sadar dari segala kekafirannya, baik tua, muda, besar, kecil, rakyat hingga raja tanpa membedakan ras, suku, golongan maupun pangkat kedudukan duniawiah mereka. Seluruhnya bercampur menjadi satu umat dihadapan Allah, sebab Allah tidak akan menilai semuanya itu kecuali taqwa mereka kepada-Nya.

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. - Qs. al-Hujuraat 49:13

Dan ketika Kami menjadikan rumah itu (yaitu Ka'bah) tempat berkumpul bagi manusia ... - Qs. al-Baqarah 2:125
Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia... - Qs. al-Ma'idah 5:97
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan berkendaraan yang datang dari segenap penjuru yang jauh. - Qs. al-Hajj 22:27

Kemudian pada awal kitab Yesaya pasal 42:10 disebutkan "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN..." Suatu lagu baru adalah merupakan senandung doa pujian kepada Allah dalam bentuknya yang lain. Dalam hal ini "bentuk yang lain" yang dimaksudkan merefer pada kitab Yesaya pasal 28: 11 serta kitab Zefania pasal 3:9 yang terdapat dalam alkitab :
Maka sebab itu Dia pun akan berfirman kepada bangsa ini dengan logat yang asing dan dengan bahasa yang lain. - Kitab Perjanjian Lama : Yesaya 28:11
Tetapi pada masa itu Aku akan mengaruniakan kepada semua bangsa lidah yang suci; supaya mereka itu sekalian menyebut nama Tuhan. Melayani-Nya dalam satu persamaan. - Kitab Perjanjian Lama : Zefania 3:9
Dengan demikian, "Nyanyian baru bagi Tuhan" yang dimaksud oleh Yesaya 42:10 ini adalah doa dan pujian yang berasal dengan logat dan bahasa yang lain daripada sebelumnya yaitu diluar dari bahasa Arami maupun Ibrani yaitu bahasa Arab.

Pada saat umat Islam diseluruh dunia berseru kepada Tuhan, pada saat sholat, berhaji dan pada saat mereka saling mengucapkan salam sebagai satu bahasa kesatuan dan persatuan hidup dan kehidupan beragama sebagaimana isi ayat terakhir dari Zefania 3:9 "... melayani-Nya dalam satu persamaan."
Hendaklah semua orang yang duduk dibukit batu itu bernyanyi, biarkanlah mereka berseru-seru dari puncak bukit. Biarkanlah mereka memberikan pujian kepada TUHAN, dan memberitakan pujian yang kepada-Nya di pulau-pulau. TUHAN keluar berperang seperti pahlawan, seperti orang perang Ia membangkitkan semangat-Nya untuk bertempur; Ia bertempik sorak, ya, Ia memekik, terhadap musuh-musuh-Nya Ia membuktikan kepahlawanan-Nya." Kitab Perjanjian Lama : Yesaya pasal 42 ayat 12 s.d. 13

Dari bukit Arafah dekat kota Mekkah, para Jemaah Haji dari seluruh pulau didunia ini setiap tahunnya datang berkumpul bersama dan berseru:
Labbaykallahumma Labbayk
Labbayka laa syariikalaka labbayk
Innal hamda wan ni'mata laka walmulk
La syariikalaka
Yang artinya : Aku sambut panggilanmu, Ya Allah;
Aku sambut panggilan-Mu;
Aku sambut panggilan-Mu, Tiada sekutu bagi-Mu;
Aku sambut panggilan-Mu;
Sesungguhnya segala puji dan kenikmatan serta segenap kekuatan adalah milik-Mu, Tiada sekutu bagi-Mu.

Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya, mengalahkan semua dakwah keberhalaan manusia, memenangkan risalah para Nabi-Nya dari seluruh kejahatan, membuktikan kebesaran-Nya dihadapan para musuh-Nya.

Karena sesungguhnya kegelapan menudungi bumi dan dalam kelam kabut menudungi segala bangsa, sementara Tuhan telah terbit atas kamu dan kemuliaan-Nya pun bersinar kepadamu. Maka segala orang kafir pun akan datang kepada terangmu dan segala raja-raja pun kepada cahaya yang sudah terbit bagi kamu Kitab Perjanjian Lama : Yesaya pasal 60:2-3
Ini juga kiranya bisa menjadi sandaran didalam dunia Fiqih modern kenapa sholat itu harus dalam bahasa Arab, Islam itu agama yang mementingkan persatuan, mulai dari paham kesatuan Tuhannya (monotheisme/Tauhid) dan bersatu juga dalam perbedaan.
Tatkala orang Bugis berada di Padang misalnya, dia akan mudah membaurkan dirinya dalam jemaah sholat dimasjid manapun tanpa harus khawatir tata cara sholatnya berbeda dengan mereka, tanpa perlu pula khawatir bahasa yang dipergunakan didalam sholat berbeda. Demikianlah salah satu hikmah yang bisa kita kemukakan perihal keharusan sholat dan haji itu menghadap kearah Kabah dan kenapa juga sholat harus dalam bahasa Arab. Wallahu a’lam bissawaab.


Pandanganku Terhadap Pemboman, Pembunuhan, Pembajakan dan Bom Bunuh Diri

Saya mewakili anak muda islam sangat sedih ketika melihat berita tentang pengeboman yang dilakukan oleh  seorang anak muda yang menganggab bahwa bom bunuh diri adalah bagian dari jihad, lantas dimana nilai jihadnya kalau yang menjadi korban saudara sesama muslim, saya rasa itu bukan jihad tapi sebuah kezholiman apalagi kejadian ini di sebuah Mesjid yang mana orang-orang di dalamnya sudah jelas mau bermunajat  di hadapan sang Pencipta seluruh makhluk yang ada di bumi ini. 
Dari pandangan mereka memang hanya sebagian kecil dari jamaah riel umat islam berarti ini hanya segelintir oknum yang menerapkan matode perjuangan dengan cara pemboman terhadap bangunan pemerintah atau swasta, dan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh pejabat atau yang lainnya. Mereka menyatakan bahwa ini termasuk jihad, lalu menghalalkan harta, jiwa serta melaksanakan amalan jihad menentang pemerintah atau penguasa yang dianggap kafir, dengan anggapan mendapatkan pahala atas perbuatan tersebut.
Sudah pasti, fenomena pemboman, pembunuhan dan penculikan tersebut menimbulkan kekacauan, ketakutan dan ketidak amanan. Serta menyebabkan orang-orang dalam keadaan takut dan tidak tenang. Karena, orang yang ingin masuk ke dalam bengunan pemerintah atau selainnya, menjadi takut bila terjadi peledakan di bangunan tersebut. 
Jika mengendarai kendaraan, maka ditakutkan terjadi penculikan, pembunuhan atau peledakan atas mobilnya. Jika bepergian dengan pesawat, mengkhawatirkan pesawat tersebut sebelumnya telah direncanakan dibajak atau diledakkan. Demikianlah, sehingga kehidupanpun berhenti, orang tidak dapat bekerja dengan lapang dan tenang. Disini mesti kita pertanyakan, mengapa dibunuh dan diculik? Apakah karena kekufuran dan kemurtadannya? Atau karena ia telah merampas harta, kehormatan dan agama? Apakah ia telah diminta bertaubat? Siapa yang telah memintanya bertaubat? Apakah tidak memungkinkan terjadinya pembunuhan terhadap orang lain ketika penculikan tersebut? Kemudian apa maslahat yang dicapai darinya? Baca selengkapnya di http://almanhaj.or.id
5-Pack Premium Reusable LCD Screen Protector with Lint Cleaning Cloth for Apple iPhone 3G 8GB 16GB [Accessory Export Packaging] 

Venomena Sungai di bawah laut telah tertulis di Al-Qur’an




Berita tentang adanya sungai di bawah laut yang telah ditemukan oleh Mr. Jacques Yves Costeau di Cenote Angelita, sebuah kawasann di negara Meksiko cukup menggemparkan dunia. Dan Mr Jacques pun akhirnya masuk islam, setelah ia juga mendapati tentang hal itu di Al-Qur’an dan memang berita ini sebenarnya sudah dinyatakan oleh Allah pada 14 abad silam dengan mewahyukannya kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril AS. Sebagaimana dalam suroh Al-Furqon ayat: 53 yang berbunyi :  

 dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.(QS. Al-Furqon : 53) 
Dan selain masalah sungai bawah laut pada sebuah kejadian yang sesungguhnya sudah terjadi tentang masalah ayat di atas  yaitu venomena gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan keduanya. Dari ini saja kita bisa membaca tentang ayat-ayat kauniyah yang sesungguhnya, selain ayat kauliyah berupa teks itu sendiri, betapa Allah begitu besar dan agungnya memperlihatkan kemaha besaran-Nya kepada hambanya, lantas nikmat mana lagi yang kita ingkari?.
Ya salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan yaitu masalah sungai bawah laut juga masalah venomena gelombang besar, arus air yang kuat dan gelombang pasang di laut tengah juga telah diterangkan pada ayat:19-20 di suroh Ar-Rahman yang berbunyi :

19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [1443]
Tafsirannya :
[1443] Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan Maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu. seperti terusan Suez dan terusan Panama.
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an. Dan lagi-lagi ayat Al-Qur’an telah membuktikan kebenarannya kepada umat manusia, jadi kitab Al-Qur’an benar-benar mukzizat yang nyata yang tak akan pernah bisa terbantahka hingga akhir zaman atau hingga datangnya hari kiamat.

VENOMENA MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA



Ketika kita merenungkan makna ayat Al-Qur’an yaitu suroh Adz-Dzariyaat pada ayat 47 disitu dijelaskan secara gamblang bahwa langit atau alam semeta itu tidak statis ia selalu berkembang dalam artian alam ini semakin meluas setiap harinya bahkan lebih cepat dari perkiraan manusia bisa jadi dalam hitungan detik bahwa benda-benda langit itu saling menjauh satu sama lain. Sebagaimana diterangkan dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana pada ayat berikut yang atinya :
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS.Adz-Dzariyaat, ayat: 47) 

Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur’an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur’an dikatakan bahwa alam semesta “mengalami perluasan atau mengembang”. Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan pada masa kini.
Dan hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umum diyakini di dunia ilmu pengetahuan pada saat ini adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.tanpa pernah berhenti kecuali kalau kiamat datang. 

Pada perlangkahan awal abad ke-20, seorang fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang, artinya semakin melebar dan menjauh. 

Venomena ini telah dibuktikan dengan menggunakan teleskop Hubble dari hasil data pengamatan pada tahun 1929 luar biasa hasil yang telah dicapai oleh ilmuan tersebut. Dan ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”. Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur’an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur’an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan jagad raya. 

Perdebatanku dengan anggota NII


Masalah  NII pada saat ini kembali mencuat setelah sempat vakum dalam artian sepi dari  pemberitaan media. Sebenarnya masala NII ini sudah lama. 
Saya sendiri dengar masalah ini tahun 1999 sejak B.J Habibie meresmikan pesantren Al-Zaitun tanggal 27 Agustus jadi jauh sebelum permasalahan yang sekarang muncul. Kebanyakan orang menganggap NII sebuah organisasi padahal orang NII sendiri yang bilang kepada saya bahwa kami bukan sebuah organisasi tapi kami adalah sebuah  jamaah yang punya manhaj, punya keyakinan tentang berdirinya Negara Islam Indonesia.

Dimana Relevansinya Hardiknas dalam Membentengi Generasi Bangsa?

Hari pendidikan Nasional selalu dirayakan, tepatnya setiap tanggal 2 Mei 2011, oleh warga bangsa Indonesia. Pertanyaannya masih relevankah hari pendidikan itu diperingati dalam kondisi saat ini? Dari pertanyaan ini sebenarnya hari pendidikan nasional itu akan bermakna manakala para pemangku jabatan peduli dengan nasib rakyatnya, ya sebuah kepedulian itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh generasi saat ini ditengah budaya dan pemikiran yang sudah sangat memprihatinkan, betapa sedih rasanya ketika generasi yang semestinya bisa menjadi mercusuar perubahan namun disaat yang bersamaan ada sebuah gerakkan bawah tanah yang sangat gencar menyerbu generasi bangsa ini untuk diexploitasi apa saja yang dapat dimamfaatkan tidak peduli halal atau haram “nauzubillahiminzaalik..

Apakah pemerintah masih peduli dengan generasinya yaitu para pelajar yang saat ini menjadi korban keganasan orang-orang yang hanya mencari keuntungan sesaat. Dan sungguh mengherankan sepertinya dengan peristiwa ini sengaja dipelihara agar terjadi pro kontra ditengah masyarakatnya sendiri.

Dan tentu yang diharapkan paling tidak isu ini ibarat bola liar yang akan begitu mudah dimainkan oleh pihak-pihak yang punya kepentingan pragmatis. Tak peduli apa jadinya dengan masyarakatnya yang penting kekuasaan dapat berjalan sesuai rencana tanpa ada kritikan yang berarti.

Masyarakat sengaja di buat sibuk sendiri dan pada akhirnya tak ada kepedulian, maka lahirlah generasi yang apatis, paranoid, islamphobia dan radikalisme yang berujung pada perang saudara. 

Apakah generasi ini dibiarkan begitu saja tanpa ada langkah kongkrit, atau memang menunggu korban lebih banyak berjatuhan baru membuat kebijakkan?

Mari kita ambil peran untuk menyelamatkan generasi dari pengaruh penyimapangan pemikiran yang sudah sangat meluas. Karena kita tahu bahwa tidak hanya NII yang selalu diwaspadai tapi yang lainnya juga perlu mendapat perhatian serius seperti JIL, Ahmadiyyah dan paham lainnya. Dan memang MUI selaku pengayom umat hendaknya bisa bekerjasama dengan ormas-ormas islam yang ada guna menangkal paling tidak meminimalisir terjadinya paham-paham yang menyimpang

Ulama juga hendaknya lebih berperan aktif dalam memberikan pencerahan kepada umat, dengan mengadakan workshop dan kajian-kajian tafsir dan juga masalah aqidah yang paling mendasar bahkan sangat mendesak untuk di sosialisasikan kepada generasi muda khususnya generasi islam.

Gemerlap Dunia yang Mempesona

Pada saat ini dunia begitu sangat gemerlap ia bagaikan selebritis yang begitu mudahnya menawarkan pesonanya kepada siapa saja yang ia temui, dalam hal ini maka beragam sikap dan prilaku manusia dalam meresponnya. Maka tanggapan pun beragam dari kalangan berjois sampai pengemis. Untuk kelompok pertama adalah yang begitu mudahnya terhepnotis hingga tanpa sadar begitu enaknya melahap pesonanya dengan penuh syahwat, hingga hati, akal dan jasadnya bertekuk lutut menghamba sepenuhnya pada dunia. Kemudian untuk kelompok kedua golongan yang tidak peduli, artinya mereka ini tidak begitu mudah tertarik dengan pesonanya, kalaupun sempat sedikit melirik namun ia segera pergi menjauh karena menganggapnya sebagai perintang jalan menuju keutamaan ukhrowi yang kekal abadi. Dan kelompok terakhir yaitu golongan yang bisa bersikap secara seimbang: artinya golongan ini bisa menepatkan diri secara proporsional, namun tetap lebih mengutamakan kepentingan akhirat. Lantas kita masuk golongan yang mana?

Gemerlap dunia. Sebagian besar manusia masuk pada golongan pertama. Pada masalah ini sebenarnya sudah pernah diprediksikan oleh baginda Rasulullah ketika beliau duduk dalam satu khalaqoh bersama para sahabatnya, ketika itu beliau memaparkan bahwa suatu saat umat islam ibarat seperti hidangan di atas meja yang begitu mudahnya diperebutkan sama orang-orang di luar islam, lantas salah satu sahabat bertanya “wahai Rasulullah bukankah umat islam pada waktu itu sudah banyak jumlahnya? Memang banyak” jawab Rasul, tapi tidak berkualitas ibarat seperti buih di lautan yang terombang ambing terkena ombak. Apa sebabnya ya Rasulullah?. Sebabnya adalah karena adanya penyakit Al-Wahn, lantas para sahabat bertanya lagi dengan penuh keheranan, apa yang dimaksud Al-Wahn ya Rasul?. Al-Wahn adalah cinta dunia dan takut akan kematian.

Sebenarnya gejala penyakit Al-Wahn sempat mampir dibenak sebagian sahabat Rasulullah yaitu ketika peristiwa perang Badar pada waktu itu sebagian sahabat sempat sedikit terpesona dengan harta rampasan perang, peristiwa itu terjadi ketika pasukan tentara islam yang berada di barisan depan berhasil memukul mundur tentara kafir Quraisy yang berada di lereng gunung hingga lari lunggang-langgang dengan meninggalkan harta-hartanya maupun peralatan perangnya. Melihat kejadian ini, tentara islam yang berada di atas gunung pun tergiur melihat harta ghonimah yang berada dibawah, akhirnya sebagian turun untuk mengambilnya. maka para sahabat yang semestinya  tetap bertahan karena memang Rasulullah memerintahkan untuk tetap bertahan apapun yang terjadi di bawah, namun apa yang terjadi?, rupanya pasukan Quraisy yang di pimpin khalid bin Walid menyerang balik dengan mundur untuk kemudian menyerang lewat sebelah sisi gunung pada bagian belakang pasukan tentara islam. Penyerangan balik ini begitu cepat hingga tidak diketahui oleh para sahabat karena semua pada sibuk memperhatikan harta ghonimah. Peristiwa inilah yang hampir saja mencelakai Rasulullah namun gigi depan beliau sempat patah akibat terkena lemparan tombak musuh.

Pelajaran yang sangat berharga buat umat islam bahwa betapa bahayanya kalau seorang yang mengaku beriman lantas begitu mudahnya tergoda dengan materi hingga kemudian tanpa sadar sudah lupa akan visi dan misinya yaitu sebuah idealisme yang ingin ditegakkan yaitu kalimat tauhid.

Secara khusus, sebenarnya peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang sangat menentukkan dalam mengukur keimanan umat islam baik pada saat itu terlebih-lebih untuk saat ini. Dan peristiwa itu juga menceritakan tentang rasa sedih dan kecewa yang menggayuti hati salah seorang sahabat yang bernama Saad Bin Abi Waqas. Dalam peperangan tersebut, saudaranya syahid. Saad berhasil membunuh pembunuhnya dan mengambil pedang miliknya. Saat ia menceritakan halnya pada rasulullah Saw, beliau memerintahkan Saad untuk meletakkan pedang tersebut bersama harta ghonimah lain yang belum dibagi. Wajarlah, jika hati Saad kecewa. Sudah saudaranya terbunuh, tak jua ia diijinkan memiliki harta rampasannya.

Apa yang kemudian terjadi? Kasak-kusuk sahabat membuahkan turunnya wahyu. Allah Subhanahu wata'ala memberikan jalan penyelesaian yang cepat, tepat dan menenangkan buat semua. Katakanlah: “Harta rampasan perang itu milik Allah dan rasul, sebab itu bertakwalah pada Allah dan perbaikilah hubungan diantara sesamamu. Dan taatlah pada Allah dan rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman” (al-anfal:1)

Lagi-lagi betapa sebuah pengorbanan itu juga selain mendapat godaan ia juga butuh ketaatan pada seorang pemimpin. Karena apalah arti sebuah visi-misi yang kita tanamkan dalam bingkai idealisme kalau ketaatan tidak ada.

Gemerlap Dunia. Entah ia datang kehadapan kita sebagai hasil keringat dan kerja keras, datang sebagai hadiah dan hibah oleh sebab interaksi sosial, datang sebagai rezeki dari arah yang tidak kita duga, atau datang sebagai berkah dakwah dan jihad di jalan-Nya, atau melalui jalan lain. Sebenarnya, tidak penting darimana ia datang, tapi bagaimana kita menyikapi kedatangannya yang mempesona tersebut dengan sikap ketaatan kita kepada seorang pemimpin.

Para sahabat sempat berselisih soal dunia, namun mereka bersedia menyikapinya dengan iman, dengan ketaatan dan dengan ketundukkan pada ketentuan Allah Subhanahu wata’ala dan juga Rasul-Nya yang mulia Shallallahu’alaihi wasallam, sehingga tidak lagi menimbulkan persoalan hati di antara mereka. Kita pun akan diuji dengan datangnya Gemerlapnya dunia. Sanggupkah kita menundukkan hawa nafsu di bawah kendali iman yang berbingkaikan imamah dan jama’ah?. Karena hanya dengan inilah insyaallah peradaban islam bisa tegak kembali.
 


Hakikat Cinta dan Benci dalam Islam


Berbicara cinta atau mahabbah dan benci atau karâhah, ini adalah merupakan fitrah emosional yang diberikan Allah pada umat manusia. Bagi kita yang beragama islam, cinta dan benci itu harus berdasarkan proporsional artinya bersandarkan syarî’at. Karena, terkadang, apa yang kita cintai itu justru sesuatu yang buruk, dan sebaliknya membenci sesuatu yang sebetulnya baik buat kita sebagaimana yang telah di firmankan oleh Allah di suroh Al-Baqaroh  ayat: 216. Jika tidak demikian, betapa banyak orang yang akan menjadi korban akibat tidak tahu menempatkan arti cinta dan benci pada proporsinya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...