Jangan Takut Menikah


Ketika saya bertanya kepada teman, kenapa belum menikah? Jawabannya yang terlontar selalu “saya belum siap, dan yang teman yang satu juga seperti itu, lantas kapan siapnya?.

Dan pada umumnya bingung untuk menjawabnya, apakah ini merupakan alasan yang dibuat sendiri atau alasan yang memang benar-benar tidak mampu secara finansial. Ketika orang mempersulit apa yang dimudahkan Allah, mereka akhirnya benar-benar mendapati keadaan yang sulit dan nyaris tak menemukan jalan keluarnya ibarat lingkaran setan yang tak berujung.

Betapa banyak orang menunda  pernikahan tanpa ada alasan syar'i dan akhirnya mereka benar-benar takut melangkah di saat hati sudah sangat menginginkannya. Atau ada yang sudah benar-benar gelisah tak kunjung ada yang mau serius dengannya.

Lingkaran Ketakutan yang sangat rawan

Ketika di usia 21 tahun, pada umumnya para bujang/ lajang menunda pernikahan karena khawatir dengan ekonominya yang belum  memadai. Pada saat di usia menjelang 30 th hingga tiga 35 th sudah lain lagi masalahnya.

Kaum adam mengalami  yang dinamakan sindrom kemapanan (meski wanita juga banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30). Mereka (kaum adam)  banyak menginginkan pendamping dengan kriteria yang kadang sulit dipenuhi oleh para kaum hawa begitupun sebaliknya.

Sejalan dengan hukum kategori, semakin banyak kriteria semakin sedikit yang masuk kategori. Begitu pula “kriteria tentang jodoh”, ketika menetapkan kriteria yang terlalu banyak maka akhirnya tidak ada yang sesuai dengan keinginannya, jadilah gigit jari, akhirnya kalau sudah kepala tiga siapa aja deh”  (khususnya kaum hawa).

Dan kaum hawa kalau sudah berusia sekitar 35 tahun, masalahnya bukan kriteria lagi tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya? Inilah yang selalu terngiang-ngiang dibenaknya.

Untuk kaum adam ketika usia sudah 40 th, ketakutan kaum  ini sudah berbeda lagi, kecuali bagi mereka yang tetap terjaga hatinya.

Jika sebelumnya banyak kriteria yang dipasang pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi isteri dengan baik dan memuaskan? Semakin banyak deh masalahnya.
Dan lebih tragis lagi ketika usia beranjak 50 tahun, ada ketakutan lain yang mencekam. Yakni kekhawatiran ketidakmampuan mencari nafkah lahir batin sementara anak masih kecil.

Atau ketika masalah nafkah tak merisaukan khawatir kematian lebih dahulu menjemput sementara anak-anak masih perlu bimbingan dan masalah pendididikan, curahan kasih sayang dll.


Abu Hurarirah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda: ”Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridha akan agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar di permukaan bumi” (HR. Tirmidzi)

Keimanan yang kering, Melahirkan keputusasaan

Jangan ditunda-tunda apa yang menghimpit saudara kita sehingga mereka sanggup menitiskan air mata.

Awalnya adalah karena mereka menunda apa yang harus disegerakan, mempersulit apa yang seharusnya dimudahkan. Padahal Rasulullah s.a.w. berpesan melalui sabdanya:
Wahai Ali, ada Tiga perkara jangan ditunda-tunda; apabila Solat telah tiba waktunya, Jenazah apabila telah siap penguburannya, dan perempuan apabila telah datang laki-laki yang sepadan meminangnya." (HR Ahmad)

Hadits ini dengan sangat terang menjelaskan agar tidak boleh mempersulit pernikahan baik langsung maupun tak langsung. Secara 'lansung' adalah menuntut mahar yang terlalu tinggi. Atau yang sejenis dengan itu. Ada lagi yang 'tidak secara langsung'.
Mereka membuat kebiasaan yang mempersulit, meski nyata-nyata menuntut mahar yang tinggi atau resepsi yang mewah.

Sebagian orang mengadakan acara peminangan sebagai acara tersendiri yang tidak boleh kalah mewah dari resepsi pernikahan sebahagian lainnya melazimkan acara penyerahan hadiah atau dengan uang belanjanya untuk biaya pernikahan secara tersendiri lagi.
Apabila seseorang tak kuat menahan beban, maka dari pihak laki2 bisa saja melakukan penundaan pernikahan semata-mata hanya karena masalah biaya yang begitu banyak.
Tentu sebagian kita sangat khawatir akan lunturnya niat dan bergesernya tujuan, sehingga pernikahan itu kehilangan barokahnya!.

Dan penyebab lain adalah lemahnya keyakinan kita bahwa Allah pasti akan memberi rezeki atau boleh jadi cerminan dari sifat tidak qona'ah (mencukupkan diri dengan yang ada).Dan masalah ini sangat penting untuk diperhatikan bagi yang mau menikah.

Pilihlah yang punya  keimanan dan ketakwaan

Suatu saat ada yang datang menemui Al Hasan (cucu Rasulullah). Ia ingin bertanya sebaiknya dengan siapa putrinya menikah? Maka Al Hasan r.a berkata:
"Kawinkanlah dia dengan orang yang bertakwa kepada Allah. Ini karena, jika laki-laki mencintainya, ia memuliakannya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak akan berbuat zalim kepadanya."

Dari nasihat Al- Hasan mengantarkan kita semua untuk menjernihkan fikiran. Jika kita menikah dengan orang yang bertakwa, cinta yang semula tiada meski cuma benihnya, dapat bersemi indah karena komitmen yang memenuhi jiwa dalam lubuk hati. Wallahu a'lam bissawab.

Sumber : Hidayatullah or.id

Maksiat, Penyebab Kekalahan Umat Muslim


Secara harfiyah, maksiat artinya durhaka atau tidak patuh. Maksudnya adalah suatu perbuatan yang tidak mengikuti apa yang telah digariskan Allah Swt. Lawan dari maksiat adalah taat. Salah satu konsekuensi penting dari keimanan kepada Allah Swt adalah taat kepada segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain, dalam situasi senang maupun susah, begitulah seterusnya.

Dalam perjuangan menegakkan ajaran Islam, setiap pejuang harus selalu berada dalam ketaatan dan tidak boleh melakukan hal-hal yang bernilai maksiat. Hal ini karena kemaksiatan akan mengakibatkan penilaian dosa dari Allah Swt dan dosa akan menimbulkan akibat yang sangat fatal, baik bagi individu maupun dakwah.

AKIBAT MAKSIAT

Dosa yang merupakan kemaksiatan setidak-tidaknya akan membawa empat akibat, tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Empat akibat itu sangat penting kita pahami dan kita renungi agar dosa dan kemaksiatan tidak kita anggap sepele, sekecil apapun kemaksiatan itu.

Rakyat Indonesia Menolak Membuat Irshad Manji Frustasi


ISLAMIC RTICLE– Bukan Irshad Manji namanya kalau ia tidak ngotot untuk membedah bukunya, sekalipun sudah dipaksa bubar di Jakarta, tokoh feminis ini alias “lesbong” Irshad Manji tetap saja nekad untuk melanjutkan agenda roadshowmempromosikan buku sampah terbarunya "Allah, Liberty, and Love", Rabu (9/5) di Yogjakarta. Luar biasa

Betul - betul sial nasib Manji. Setelah Jakarta, Solo, kini giliran Yogkarta menyatakan penolakannya atas kedatangan Manji sebagai narasumber dalam sebuah diskusi buku yang ditulisnya. Wanita yang suka dengan sesama jenis itu kembali gigit jari, ketika Rektorat Universitas Gadjah Mada melarang diskusi buku tokoh feminis asal Kanada itu yang sedianya akan berlangsung di Gedung Pascasarjana UGM,Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS), Rabu (9/5/) pukul 08.30 pagi.

Membuka Pintu-Pintu Surga


Kalau kita membaca sejarah kehidupan sahabat Rasulullah yaitu saidina Ali bin Abi Thalib ya ketika itu beliau pulang lebih sore menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyabut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sepeserpun."Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala."

"Terima kasih," jawab Ali.
Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakal. Padahal persediaan dapur sudah ludes sama sekali. Toh Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama'ah.
Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?"
Áli menjawab heran. "Ya betul. Ada apa, Tuan?''

Orang tua itu merogoh kantungnya seraya menjawab, "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya."
Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.Ali pun bergegas berangkat ke pasar.

Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan."

Tanpa pikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.Pada waktu ia pulang dan Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya.Fatimah, masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan menutup pintu surga buat kita."Wallu a'lam bissawab

Benarkah R.A Kartini Simbol Feminisme?

Setiap tanggal 20 April bangsa ini selalu akan teringat dengan sosok perempuan ini, ya dialah yang telah dianggap paling berjasa dalam memperjuangkan nilai-nilai kedudukan perempuan pada masanya hingga kemudian telah banyak memberikan insfirasi kepada kaum hawa masa kini khususnya pada bangsa Indonesia, seberapa besar peranannya untuk kemajuan bagi rakyat indonesia? Khususnya kaum perempuan. Ya di balik riwayat Kartini dengan surat-suratnya yang terkenal dan riwayat gagasan emansipasi yang sebenarnya beliau banyak terinsfirasi dari kitab suci Al-Qur’an , seperti pada suroh An-Nisa pada ayat 32 yang berbunyi:

   
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS. An-Nisa : 32)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang telah memberi pencerahan pada seorang R.A Kartini yang luput dari sejarah, sehingga karena sudah banyak pembelokan dan penyimpangan oleh sekolompok orang yang mencoba memberikan stigma-stigma pragmatis hanya untuk menguatkan teori atau paham yang sedang digulirkan demi kepentingan segelintir kelompok tertentu ya katakanlah segolongan aktivis feminisme yang mencoba mendompleng sejarah R.A Kartini untuk kepentingan-kepentingan sesaat, yang mana tujuannya hanya  menggolkan nilai dan paham yang sementara lagi diperjuangkannya.

Dengan mengatasnamakan kesetaraan gender atau dengan istilah lainnya yaitu semangat “feminisme”, pendekatan legal formalpun mereka akan selalu perjuangkan, guna mereduksi  apa yang mereka rancang sebagai “kontruksi sosial feminisme” yang pada akhirnya bermuara pada kebebasan menyeluruh mengenai hak-hak kaum perempuan, atau istilah lainnya bebas nilai yang cenderung menabrak nilai budaya timur yang sudah mengakar dinegeri ini.

Namun Kartini tidak dapat dipanggil kembali untuk sebuah konfirmasi. Isi benaknya tetap tersimpan dalam deretan tulisan sejarah yang ditorehkan orang lain dan tumpukan surat-suratnya kepada Ny. Abendanon, Nn. Stella Zeehandelaar, Ny Marie Ovink Soer, Ir. H. H. Van Kol, Ny. Nellie dan Dr Adriani, sederat lingkaran elit kolonial.

Lantas kemudian muncul sebuah pertanyaan : benarkah Kartini simbol feminisme, atau seorang yang memiliki paham masalah gender ? Kalaupun jawabannya ya, apakah  yang diperjuangkan R.A Kartini pada masanya  menyangkut hak-haknya yang selama itu ia rasakan adalah keterpasungan dan terkungkungnya dibalik kamar tanpa mampu berbuat apa-apa demi kemajuan kaum perempuan, kalau mau jujur sebenarnya yang perlu digaris bawahi inti dari perjuangan beliau adalah hak-hak untuk memperoleh pendidikan yang layak seperti kaum adam pada waktu itu dan kalau mau dikaitkan pada konteks kekinian saya rasa sangat jauh perbedaanya dengaan apa yang diperjuangkan oleh kaum feminis hari ini. Atas dasar apa kaum peminis masa kini yang merasa pedenya memiliki lisensi untuk mencatut nama R.A Kartini?

Tentu kita mafhum bersama bahwa kaum feminis hari ini memperjuangkan sebuah sistem nilai yang berkiblat pada orientalisme dibawah payung HAM.

Perempuan didalam kamus  mereka adalah makhluk yang tak ada bedanya dengan kaum adam, kecuali yang membedakan hanyalah struktur psikologis dan biologis semata. Di luar itu, perempuan adalah laki-laki dengan segala hak-haknya hingga kemudian dibolehkan, bahkan diharuskan untuk memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam segala lini. Pemahaman inilah yang nantinya akan bermuara lahirnya Rancangan Undang-undang Keadilan dan Kesetaraan Gender (RUU KKG) yang  sementara ini lagi digodog di gedung DPR dan sudah menuai banyak kritikan dari kalangan pengamat dan pemerhati dan ulama Indonesia. Mengenai baik-buruknya rancangan RUU tersebut sudah banyak dibahas baik dalam bentuk forum seminar dan juga tulisan diberbagai media.

Dan memang pada hakekatnya  paham feminisme hari ini merupakan perpangjangan tangan dari jaringan islam liberal dan induknya adalah liberalisme yang sangat bertentangan dengan paham kultur nilai keislaman. Kita tentu prihatin jika  R. A Kartini telah tersandera  oleh kepentingan segelintir orang yang mencoba memaksakan pahamnya hanya untuk menciptakan tata nilai yang bebas nilai, maka dengan sendirinya. Kartini akan tervonis sebagai pengasong ide-ide liberalisme dengan alasan mengkonter nilai adat yang menindas hak-hak kaum wanita. Padahal dulunya ia adalah tameng hidup dalam melawan kolonialisme yang notabene juga saudaranya liberalisme.

Kartini dalam kaca mata islam

Sungguh sangat kontras sekali apa yang selama ini kaum feminisme perjuangkan dengan kenyataan pada masanya R.A Kartini dan ini sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh pakar sejarah Ahmad Mansur Suryanegara tentang sosok R.A Kartini. Dalam bukunya yang sangat fenomenal, Api Sejarah, Ahmad Mansur menulis :

“Dari surat-suratnya yang dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang, ternyata R.A Kartini tidak hanya menentang adat, tetapi juga menentang politik kristenisasi dan westernisasi. Dari surat-surat R.A. Kartini terbaca tentang nilai Islam di mata rakyat terjajah waktu itu. Islam sebagai lambang martabat peradaban bangsa Indonesia. Sebaliknya, Kristen dinilai merendahkan derajat bangsa karena para gerejawannya memihak kepada politik imperialisme dan kapitalisme.”

Kepada E.C. Abandenon, Kartini menulis surat yang berisi penolakannya terhadap misi kristenisasi: “Zending Protestan jangan bekerjasama dengan mengibarkan panji-panji agama. Jangan mengajak orang Islam memeluk agama Nasrani. Hal ini akan membuat Zending memandang Islam sebagai musuhnya. Dampaknya, semua agama akan memusuhi Zending.”
Pada bagian lain R.A Kartini juga telah menulis yang berbunyi, “orang Islam umumnya memandang rendah kepada orang yang tadinya seagama dengan dia, lalu melepaskan keyakinannya sendiri memeluk agama lain.” Kenapa?, “karena yang dipeluknya agama orang Belanda, sangkanya dia sama tinggi derajatnya dengan orang Belanda.”

Sebuah pendapat R.A Kartini  yang lugas dan tegas  bahwa kristenisasi berjalin erat dengan liberalisme dan kolonialisme dimana penanaman nilai-nilai yang memandang rendah bangsa sendiri dan memandang tinggi bangsa penjajah. Masih menurut Ahmad Mansur, Kartini memiliki sikap demikian setelah memperoleh dan membaca tafsir Al-Qur’an. Kekagumannya pada Qur’an ia tulis dalam suratnya kepada E.C. Abandenon : “Alangkah bebalnya, bodohnya kami, kami tiada melihat, tiada tahu, bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaan di samping kami.” Qur’an ia sebut dengan “gunung kekayaan”.

Dari sisi inilah  yang sangat kurang dilihat oleh pengasong dan pembawa paham  feminisme. Kalaupun R.A  Kartini sebagai sosok pembela hak-hak  perempuan itu tidak lebih, karena pada waktu itu kolonialime memang sangat membedakan dan bahkan sangat melecehkan kaum perempuan, namun semua itu ide-ide dasarnya ia dapatkan dari kitab suci Al-Qur’an. Sebagaimana Raden Dewi Sartika yang giat memperjuangkan pendidikan juga banyak mendapat petuntuk dari kitab suci Al-Qur’an, utamanya pencerdasan kaum perempuan bahkan beliau mendirikan sebuah perkumpulan kaum perempuan  pada tahun 1916 yaitu sebuah wadah yang memberi sumbangsih besar dalam hal kemajuan hak perempuan. Meskipun dalam lingkup skala kecil, tapi paling tidak sudah dapat member i inspirasi untuk perempuan masa kini, jadi kalau ada  yang mengatakan itu adalah teori kitab yang sangat subyektif atau berlebihan. Marilah membaca sejarah  secara utuh dan  adil, untuk mengurat sejarah agar lebih jernih melihat sosok R.A Kartini sebagai pembela nilai Islam dari serangan paham kolonialisme pada waktu itu secara utuh dan menyeluruh, bukan sepotong-sepotong.

Kalau beliau dikatakan perintis dalam membela hak perempuan, semua gagasan itu sudah mendapat landasannya dalam ajaran Islam, bukan dalam ajaran Barat Kolonialisme yang pada masa kini didengung-dengungkan.

Walaupun  sejarahnya banyak didompleng kepentingan, bagi umat Islam, sikap yang diperlukan sudah sangat jelas. Umat islam berpegang pada manhajnya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.  Umat ini sudah sangat cerdas dalam bersikap siapa dalang, siapa wayang dan siapa pecundang. Karena yakinlah sejarah akan selalu berulang dari generasi-kegenerasi. Sosok sejarah seperti Kartini sangat mudah mengalami multiinterpretasi,  karena ia tumbuh dan dibesarkan dinegara nasionalisme yang menjunjung keberagaman maka wajar apabila sejarahnya bergantung siapa yang berkuasa, cukuplah bagi umat islam berpegang pada tokoh yang paling terjamin kemurnianya hingga akhir zaman dan beliau ini juga mendapat pengakuan dari tokoh dunia diluar islam, yaitu Nabi  Muhammad S.A.W. Maka, umat Islam tidak ada alasan untuk berada didalam kesedihan oleh karenanya bercerminlah kepada sosok profil Rasulullah. Karena  ajaran Al-Qur’an dan Sunnah sudah menjadi pegangan yang tidak akan pernah diselewengkan, barometer  satu-satunya yang ada di dunia pada saat ini. Dengan hati yang jernih, maka insyaallah ia akan mengantarkan kepada gerbang keadilan yang sempurna, setiap tingkah laku beliau member insfirasi yang akan selalu bersinar hingga dunia berakhir. Dan beliau memiliki sisi baik yang tidak ada habisnya walaupun segolongan umat lain membencinya.

Tanpa bermaksud mengecilkan sosok R.A Kartini, sebenarnya umat Islam tidak kekurangan kalau hanya sekedar mencari tokoh perempuan yang memiliki keberanian dalam membela hak-haknya, lihat saja  keteladanan generasi shahabiyah. Sebut saja Sayidah Aisyah ra, seorang isteri Nabi Shallawahu ‘Alaihi Wassalam sekaligus narator hadits, intelektual perempuan sepanjang zaman. Bagi kaum perempuan umat Islam, sosok ini, dan juga para shahabiyah lainnya, seperti Al-Khanza yang juga sosok panglima dimedan perang dari Aceh sendiri ada Cut Nyak Dien dan masih banyal lagi yang dapat diteladani oleh kaum perempuan, semua itu ada memberi keleluasaan dalam bidangnya masing-masing. Wallahu a’lam bissawaab.

Oleh Sarpani, S.Psi

Memaknai Ungkapan Abu Bakar R.A Yang Mengandung Hikmah


Inilah ungakapan beliau diawal kepemimpinannya kepada rakyatnya“Patuhilah Aku selama Aku patuh kepada Allah swt dan Rasulullah saw, bila Aku tidak mematuhi Allah swt dan Rasulullah saw, maka jangan patuhi Aku lagi.” Subhanallah”

“Tidak ada pembicaraan yang baik, jika tidak diarahkan untuk memperoleh ridha Allah swt"

"Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah swt tidak akan ridha kepadanya selama dia masih menyimpan hal itu dalam hatinya.”

Ketika Allah Mengajarkan Cinta



Pernahkah hatimu merasakan getaran cinta
Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin dia milikmu sepenuhnya
Kamu menangis kala bahagia bersamanya karena yakin ia cintamu yang sesungguhnya
Cinta dapat melukiskan bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka
Dan hatimu tetap diwarnai cinta, itulah dalamnya cinta yang susah diukur

Pernahkah cinta memerahkan hati membutakan mata seseorang
Kepekatannya menutup mata hatimu memabukkanmu sesaat di alam fatamorgana
Dan engkau tak bisa beranjak dipelukan merdunya nyanyian bahagia yang memabukkan
Padahal sebenarnya hanya ilusi yang mengisi sisi gelap hatimu
Itulah cinta karena manusia yang dibutakan nafsunya yang membabi buta

Cinta adalah pesan agung Allah untuk umat manusia dikolong langit ini
DitulisNya ketika Allah  mencipta makhluk-makhlukNYA di atas singgasana-Nya
Cinta dengan ketulusan hati mengalahkan angkara murka
Menuju ketundukkan pengabdian kepada Rob dan Nabi-Nya
Dan saat pena cinta Allah mewarnai melukis hatimu-hatimu yang gersang,
satu jam bersama serasa satu menit saja,
Tak bertemu satu menit seperti satu hari,

Ketika engkau memiliki cinta yang diajarkan Allah SWT
Kekasih menjadi lentera hati menerangi jalan menuju Illahi
Membawa ketundukan tulus pengabdian kepada Allah dan RasulNya
Namun saat cinta di hatimu dikendalikan dorongan nafsu manusia
Alirannya memekatkan darahmu membutakan mata hati dari kebenaran
-Nya

Saat kamu merasakan agungnya cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi pembuktian pengabdian cinta tulusmu
padanya
Memelukmu dalam ibadah menuju samudra kekal kehidupan tanpa batas
Menjadi media amaliyah dan ketundukan tulus pengabdian kepada Allah
Itulah cinta yang melukis hati mewarnai kebahagiaan hakiki

Agungnya kepatuhan cinta Allah bisa ditemukan dikehidupan alam semesta
Seperti thawafnya gugusan bintang, bulan, bumi dan matahari pada sumbunya
Tak sedetikpun bergeser dari porosnya, keharmonisan berujung pada keabadian
Keharmonisan pada keabadian melalui kekasih yang mencintai
Karena Allah adalah kekasih Zat yang abadi

Cintailah kekasihmu setulusnya maka Allah akan mencintaimu
Karena Allah mengajarkan cinta tulus dan agung
Cinta yang mengalahkan Amarah menebarkan keharmonisan
Seperti ikhlas dan tulusnya cinta Rasul mengabdi pada Illahi
Itulah cinta tertinggi menuju kebahagiaan hakiki
Dalam bingkai cinta yang dibalut keikhlasan pada-Nya
Cinta yang dibalut pengorbanan pada cinta-Nya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...