Memilih Istri yang Sholehah


Untuk mencari pasangan hidup bagi sebagian orang adalah gampang-gampang susah, mengingat saat sekarang ini betapa banyak yang mencari pasangan hidup yang selalu ideal dalam pandangannya. Sebenarnya semua itu bukanlah sesuatu keharusan, yang menjadi prioritas adalah bagaimana agamanya, akhlaknya karena inilah yang sangat mendasar untuk ketentraman jiwa sebagaiman dijelaskan didalam hadits dibawah ini.
Allah berfirman:
(#qßsÅ3Rr&ur 4yJ»tƒF{$# óOä3ZÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$#ur ô`ÏB ö/ä.ÏŠ$t6Ïã öNà6ͬ!$tBÎ)ur 4 bÎ) (#qçRqä3tƒ uä!#ts)èù ãNÎgÏYøóムª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ª!$#ur ììźur ÒOŠÎ=tæ ÇÌËÈ  
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (kawin) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (An-Nur: 32).
Hendaknya seseorang memilih isteri shalihah dengan syarat-syarat sebagai berikut:

Siapa itu Dracula? Sang Pembantai Umat Islam


Berbicara tentang kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk manipulasi sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksyen yang kemudian dihasilkan seolah-olah menjadi tokoh yang nyata oleh Barat, tetapi Dracula merupakan keterbalikannya, tokoh fakta dijadikan fiksi atau fiktif seperti sebuah cerita fantasi.

Kisah ini berawal dari novel  karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, kemudian tokoh ini mulai difilmkan seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu (1922) yang dibuat ulang pada tahun 1979 dan film-film dracula yang lain yang dikemas dalam bentuk yang lebih moden seperti twilight.

Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna , kisah Dracula   sebenarnya merupakan pembesar Wallachia , berketurunan Vlad Dracul.

Abdullah Bin Saba Pemecah belah Islam


Setiap yang menggeluti bidang sejarah insyaallah mengenal namanya Abdullah bin Saba ia adalah seorang Yahudi dari San’a yang hidup semasa dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib r. A. Sejarah mencatat bahwa Yahudi dari San’a inilah yang “memecah” umat Islam menjadi dua kelompok besar: Sunni dan Syiah. Sebelum kemunculan Abdullah bin Saba, tidak ada istilah Sunni (Ahlul Sunnah Wal Jamaah) dan Syiah. Islam ya tetap Islam. Tidak ada Islam Sunni atau Islam Ahlul Sunnah Wal Jamaah dan lainnya.

Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit.


Dalam hal ini, saya mencoba membahas tentang hati, karena hati ibarat mesin yang bisa menggerakkan segala generator dan ia bisa dikatakan lebih penting dari pada tubuh.

Allah berfirman, artinya:
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya." (Al-An'am : 122)

Menanggapi Ocehan Intelek Liberal tentang Khilafah

Orang yang masih percaya "negara agama universal", apapun namanya: negara universal Kristen (seperti terjadi di zaman abad pertengahan) atau negara khilafah, sama dengan orang yang masih percaya bahwa bumi itu datar, atau bumi itu dikelilingi matahari.

Otak Tengah Yang Bermasalah

Berbicara masalah otak tengah memang sedikit agak ribet, saya sendiri pernah menghadiri persentase atau freeviunya masalah mengaktifkan otak tengah sepertinya kurang begitu masuk akal."karena para pakar mengatakan kurang ilmiah.

Sebuah diskusi pakar berlangsung di Hotel Grand Sahid, Jakarta 20 Januari lalu. Profesor Sarlito Wirawan Sarwono, guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, yang menjadi tamu penting di acara itu terpaksa mangkat pada tengah hari meski acara belum selesai. “Saya pulang duluan karena ada rapat lain,” tulis Sarlito di akun Facebooknya.
Kehadiran Prof. Sarlito di acara itu memang bukan sebagai pembicara atau pembawa makalah. Namun kehadiran dan komentarnya soal tema diskusi adalah hal penting bagi pihak penyelenggara yakni, PT. Genius Mind Consultancy (GMC) Indonesia. Apalagi jika pernyataan Sarlito mendukung tema diskusi.
Diskusi bertajuk Mengupas Metode GMC Dari Konsep Neuroscience itu dihadiri sekitar 40 pakar dan ahli terkemuka di bidang psikologi dan ilmu syaraf. Acaranya tertutup untuk umum, tak terkecuali wartawan.
Menurut situs resmi GMC Indonesia, www.gmc-geniusmind.com, acara tersebut diadakan menyusul komentar-komentar miring soal metode pelatihan aktivasi otak tengah yang menjadi jualan utama perusahaannya. Ada yang menilai metodenya tidak ilmiah, penipuan berkedok pelatihan, aliran sesat, hingga melibatkan jin atau roh halus. Dan, Prof. Sarlito adalah salah satu ilmuan yang paling keras mengkritik pelatihan aktivasi otak tengah ala GMC ini.
Hal tersebut diakui GMC cukup beralasan. Sebab, menurut keterangan mereka sendiri, seorang anak yang telah diaktivasi otak tengahnya akan semangat belajar dan cerdas, hormat terhadap orangtua, dan percaya diri. Selain itu, anak juga akan dapat membaca dan melakukan banyak hal dengan kondisi mata tertutup.
Bukan itu saja, pihak GMC bahkan mengklaim anak yang teraktivasi otak tengahnya bisa melihat objek di balik dinding, bisa menyembuhkan orang sakit, bahkan bisa mengetahui peristiwa yang akan terjadi. Pembaca bisa membaca keterangan-keterangan tersebut di situs GMC dan buku rujukan GMC, Dahsyatnya Otak Tengah, tulisan Hartono Sangkanparan.
Pihak GMC berkeras hal-hal tersebut bisa dijelaskan secara ilmiah. Tanpa unsur magis dan klenik. Untuk mengaktivasi otak tengah, GMC menggunakan teknologi komputer modern, kolaborasi musik, dan berbagai macam audio lainnya. GMC menyamakan hal tersebut dengan teori penggunaan musik klasik, seperti Mozart, untuk mencerdaskan janin yang masih dalam kandungan.
“Letak perbedaannya, bayi telah tumbuh menjadi anak-anak. Jadi musik atau suara yang digunakan perlu lebih kuat beberapa kali dari musik Mozart,” demikian ditulis GMC di situs resminya.
Menurut GMC, otak tengah (midbrain/mesenchepalon) adalah sebagai jembatan antara otak kiri dengan otak kanan. Sayangnya, kebanyakan otak tengah manusia dalam kondisi tertidur, interbrain manusia tidak dapat berkembang secara maksimal. Karenanya, fungsi interaktif antara otak kiri dan otak kanan mengalami keterbatasan.
Pihak GMC mengaku, metode mereka dapat mengaktifkan otak tengah anak usia 5–15 tahun dalam waktu hanya satu setengah hari. Kenapa harus anak berusia 5–15 tahun? Karena, kata GMC, anak usia tersebut cenderung mudah diajak bekerjasama.
Setelah midbrain diaktifkan, daya ingat anak dapat meningkat, daya konsentrasi membaik; daya kreasi bertambah, gerakan kinetik juga menjadi lebih baik, hormon menjadi seimbang, serta emosi menjadi stabil. Bahkan GMC mengklaim, metode yang digunakan memiliki tingkat keberhasilan mencapai 70-80%.
Memutar Fakta?
Kembali ke acara diskusi. Walau pulang awal, Prof Sarlito sempat menyimak presentasi ketiga pembicara. Dr. Taufik Pasiak, M.pd.,M.Kes dari Neuro Sciene Club, serta dua dokter spesialis syaraf dr Jofizal Janis, Sp.S(K), dan dr Adre Mayza, Sp.S(K).
Dalam catatan Facebooknya, Sarlito menulis, ketiga pembicara dan Kepala Pusat Inteligensi Kementerian Kesehatan, dr. Kemas M. Akib Aman, tidak membenarkan peran otak tengah sebagai pusat pengembangan kecerdasan, apalagi kepribadian.
Kata Sarlito, dr. Taufik bahkan menyatakan bahwa teknologi yang tercanggih untuk meningkatkan kecerdasan adalah pendidikan. Kalaupun mau intervensi harus terhadap fungsi otak secara keseluruhan bukan hanya melalui aktivasi otak tengah (AOT).
Meski demikian, Sarlito juga sempat mengirimkan pesan dan kesimpulannya lewat pesan singkat (SMS) kepada Presiden Direktur GMC, Donny Satiya, dan dibacakan saat acara sedang berlangsung. Isinya, kata Sarlito, tetap menentang AOT, walau di sisi lain ada teknik-teknik pelatihan standar yang sudah benar.
Namun GMC berkesimpulan lain. Di situs resminya dan lewat keterangan persnya yang dimuat di harian Koran Tempo (29/1) dan situs berita detikhealth.com (25/1), GMC malah mengatakan para pakar telah mendukung metode mereka.
Kesimpulan versi GMC lainnya, bahwa program stimulasi otak (awalnya aktivasi otak) versi GMC Indonesia sudah sesuai dengan pendekatan ilmiah dan proses pembelajaran untuk anak-anak. GMC mengubah nama Aktivasi Otak Tengah menjadi Brain Stimulation/Stimulasi Otak. Karena pada dasarnya metode GMC adalah menstimulasi seluruh bagian otak, bukan hanya otak tengah. Belakangan hal ini juga diikuti penyelengara AOT lainnya. Seperti Anak Jenius Indonesia (AJI) yang mengganti istilah aktivasi otak tengah menjadi stimulasi otak atau brain development.
Suara Hidayatullah mengkonfirmasikan hal ini kepada salah seorang pembicara diskusi pakar tersebut, dr. Adre Mayza, seorang spesialis syaraf yang juga Kepala Bidang Penanggulangan Inteligensi Kesehatan, Pusat Inteligensi Kementerian Kesehatan RI. Ternyata Adre menyangkalnya.
Adre memang membenarkan soal penggantian istilah aktivasi otak tengah menjadi stimulasi otak. Tapi dia tidak pernah mengatakan metode pelatihan ala GMC telah sesuai dengan pendekatan ilmiah. “Ada yang harus ditambah dan dikurangi,” kata Adre.
Adre mengatakan konsep AOT tidak dikenal secara akademis. Dia pun menilai, GMC telah keliru soal fungsi otak tengah dan terlalu membesar-besarkan.
Kata Adre otak tengah bukanlah penghubung antara otak kiri dengan otak kanan. Otak tengah adalah relay station lintasan arus elektrik, zat-zat neurokimiawi dari batang otak menuju otak besar.
Adre juga mengatakan sebenarnya otak tengah sudah aktif sejak manusia dilahirkan. “Bagian otak manusia semuanya aktif,” ujar Adre menjelaskan.
Adre juga menyangkal hubungan membaca dengan mata tertutup (blindfold reading) dengan kecerdasan. “Apa gunanya dia punya mata lalu baca enggak pakai mata,” tandas Adre.
Dari Malaysia
Metode AOT pertama dipelopori oleh lembaga Genius Mind Consultancy yang berpusat di Malaysia sejak tahun 2005. GMC menjadi lembaga internasional setelah membuka cabang waralabanya di sejumlah negara seperti Singapura, Hongkong, Australia, termasuk Indonesia.
Donny Setiya membeli lisensi master waralaba dari GMC International di Malaysia melaui seorang trainer utamanya, Mr. David Ting.
Saat ini GMC telah memiliki cabang hampir di seluruh kota di Indonesia. Dari Aceh hingga Papua, dengan biaya pelatihan mulai dari Rp 3,5 juta per anak. Selain GMC, ada beberapa lembaga lain yang menjajakan program AOT seperti Anak Jenius Indonesia (AJI), Genius Muslim Generation (GMG), Mesenchepalon Activation Program, dan Power Brain.
Sumber: Hidayatullah.com

Rinduku Buat Bunda

Dengan di awali bismillah Ijinkan aku,…. ibu
Aku akan datang ibu
Bukan hendak menggugat kepergianmu
Ingin ku katakan
Kepergianmu adalah kesedihan
Dalam hatiku
Untuk mewujudkan syukur dan
Sabar dalam kalimat do’a
Aku akan kembali ke pangkuanmu ibu
Lewat lantunan puisi syahdu
Yang menyaksikan daun-daun yang
Berguguran tanpa batang dan tangkai
Ibu…,Aku merindukanmu
Aku tak mampu mengantar kepergianmu
Langit mendung turut berduka
Orang-orang riuh rendah bercerita
Tentang segala amal kebaikanmu
Masamu penuh suka dan duka
Aku datang kepadamu, ibu
Semilir di bawah kamboja dan nisanmu
Aku menangis dan berdoa
Mengenang segala salah dan dosa kepadamu
Kepergianmu seketika mendewasakan aku 
Mengajarkan aku betapa penting arti hidup itu
Untuk menjadi berguna bagi sesama
Kepergianmu mengajarku
Bagaimana harus mencintai dan menyayangi
Bagaimana harus tulus berkorban dan bersabar
Bagaimana harus berjuang demi anak-anaknya
Hingga saat terakhir hayatmu
Engkau terus berdoa demi kebahagiaan anak-anakmu
Hari ini aku menemuimu, ibu
Lewat sebait puisi untuk mengenangmu
Bila datang saatnya nanti
Kan kuceritakan segala ketangguhan dan kesabaranmu
Bersama embun fajar kemarau ku sertakan untaian doa
Semoga engkau mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya

Detik-Detik Berakhirnya Peradaban dan Intelektualitas Barat


oleh: Reza Agueng S


BELUM reda kemarahan kaum Muslim sedunia atas film “the Innocence of Muslims”, yang akhirnya ditinggal sembunyi oleh sutradara dan sang penulis orang Yahudi,  tiba-tiba kasus penghinaan Nabi Shallallahu ‘ahaihi Wassalam kembali terjadi dengan terbitnya kartun Nabi di Majalah “Chalie Hebdo” dengan maksud yang sama di Prancis tahun lalu. Sampai saat ini protes demi protes terus menggelombang dan dapat diprediksi kemarahan umat tidak akan cepat mereda.

Fenomena penghinaan-penghinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad, sebagai sosok paling dimuliakan kaum Muslim ini mengingatkan kita kepada salah satu episode dari sirah Nabi kita tercinta, yaitu ketika panggung jahiliyah menampilkan latar Darun-Nadwah, sebuah balai pertemuan para tokoh Quraisy.
Pada saat itu suasana batin para tokoh Quraisy diliputi keputusaan setelah berbagai hal yang dilakukan untuk memerangi “agama baru” yang dibawa Muhammad menemui kegagalan. Malah kelompok orang beriman semakin banyak dan semakin kuat.

Mengintip Perkampungan Teroris diGn. Tembak' Tudingan CIA (Bagian I)

Sebelum saya cerita lebih jauh kita perlu tau dulu siapa Sidney Jones ia adalah seorang yang banyak mengopinikan bahwa Islam adalah Teroris adalah beliau. Bahkan orang ini sangat getol mempropagandakan bahwa semua simbol-simbol Islam adalah simbol Teroris? Siapakah Sidney Jones ini? Berikut ini hasil investigasi tentang Sidney Jones.

Sidney Jones, direktur ICG (International Crisis Group) untuk Indonesia.

Sejak tahun 1980-an, ketika merebak kasus subversi yang diidentikkan dengan gerakan Islam radikal, dan ketika banyak aktivis Islam ditahan dan mendapat perlakuan tidak wajar dari pemerintah Orde Baru, Sidney Jones dengan bendera Amnesti Internasional tampil sebagai pembela yang simpatik dan manusiawi. Ia banyak mendokumentasikan berbagai proses pengadilan, dokumen persidangan, dan berbagai data lainnya.
Semuanya itu, ternyata menjadi barang berharga pasca-tragedi WTC 911, suatu hal yang barangkali tidak diduga, bahkan oleh Sidney Jones sendiri. Secara teknis upaya pengumpulan data yang dilakukan Sidney Jones dan kemudian dipublikasikan dalam bentuk laporan berkala, tidak perlu dibantah. Ia lumayan berpengalaman di bidang itu. Namun, hal yang juga tidak bisa dibantah adalah adanya kepentingan intelijen yang menyertai gerak langkahnya, terutama di masa propaganda anti-terorisme digencarkan AS. Baik itu intelijen asing seperti CIA, yang tentu saja bekerja sama dengan lembaga intelijen maupun LSM lokal di Indonesia.

Setiap laporan yang dipublikasikan, dilengkapi dengan catatan kaki, maraji’ (merujuk) yang jelas dan terang sumber-sumbernya, baik dari media massa, buku-buku, wawancara, termasuk juga dari dokumen (informasi) intelijen. Bagi mereka yang berada di “lapangan” ketika membaca laporan yang diterbitkan ICG, meski perlu sedikit waktu, namun tetap bisa dirasakan bagian-bagian mana yang berasal dari dokumen (informasi) intelijen, mana informasi yang jelas faktanya dan mana yang hanya fiktif belaka. Laporan ICG tentang terorisme, sebenarnya kebanyakan berasal dari dokumen (informasi) intelijen lokal.

Saya pada waktu itu tahun 2002 berada ditoko buku Newsstand Bintaro menjaga stand milik Bapak H.Subhan, rupanya tidak disangka SIDNEY JONES masuk ketoko dan yang beliau cari majalah TIMES dari situlah saya penasaran ada apa dgn majalah TIMES tersebut? intinya disitu isunya seputar teroris dimana digambarkan masalah pergerakan teroris di Indonesia sejalan juga apa yang telah diberitakan diRepubliak isinya seperti ini silahkan dibaca "Kalau cara kami menjalankan syariat Islam, seperti sholat lima waktu dan shalat malam, itu yang dimaksudkan kegiatan teroris, apa boleh buat, kami memang teroris,'' kata ustad Syamsul Rijal Palu, direktur kampus Hidayatullah Hidayatullah.com--Ada satu lingkaran kecil yang menadai sebuah daerah di Kalimantan pada sebuah artikel yang dimuat majalah Times edisi 17 September 2002. Artikel tersebut berjudul confession of An Al-qaeda terrorist, disertai foto Umar Al Faruq di samping judul.


Lingkaran tersebut adalah tanda di mana Umar Al-Faruq, lelaki yang dituduh teroris oleh agen intelijen Amerika Serikat, CIA, pernah mengemban misi. Paling tidak, ia pernah tinggal di daerah itu. Indikasinya, selain di Kalimantan, lingkaran serupa juga ada di Bogor dan Ambon.

IDNEPosisi lingkaran tersebut persis di daerah Balikpapan, Kalmantan Timur. Tentu, semua bisa menebak, telunjuk CIA telah mengarah ke Pesantren Hidayatullah yang terletak di Kelurahan Tritip Gunung Tembak. 

Memang, majalah Times tidak menyebut secara langsung nama pesantren ini. Mereka hanya mengatakan bahwa CIA, berdasarkan hasil investigasinya, menemukan tiga pejuang militan Islam di pulau Kalimantan, termasuk Al-Faruq, yang mendirikan camp teroris dan menggelar latihan perang. 

Namun, menurut dokumen CIA yang telah beredar luas di media massa Indonesia, selain tiga pejuang militan tersebut, sebelumnya ada empat anggota Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI) yang melakukan hal serupa di Pesantren Hidayatullah. Mreka adalah Yasin, Umar Al Faruq, Nasir, dan Aris Munandar. Benarkah tuduhan tersebut? Apakah CIA kali ini kembali membual seperti halnya saat mereka menganalisis pelaku peledakan WTC?

Malam itu, Kamis (7/11), pukul 02.00, ketika malam masih sangat dingin dan gelap di Pondok Pesantren Hidayatullah, suara aba-aba tiba-tiba terdengar di kejauhan. Suara itu kian lama kian nyaring, meskipun tak terlalu jelas apa isinya. Membelah malam, membangunkan semua penghuni kampus (begitulah lokasi pesantren ini biasa disebut).

Beberapa laki-laki setengah baya terbangun, lalu bergegas mengenakan baju gamis, membasuh beberapa bagian dari tubuh mereka, dan pergi menuju sumber suara dengan mata masih menahan kantuk. Makin lama jumlah laki-laki yang berkumpul tersebut semakin banyak. Sesaat kemudian mereka membuat barisan memanjang, tertib, tanpa bersuara, menunggu aba-aba sang pemimpin.

''Allahu akbar,'' kata sang pemimpin seraya mengangkat tanggannya.

''Allahu akbar'' sahut para lelaki, juga mengangkat kedua tangan mereka. Dan, shalat malam pun dimulai. Tak terdengar suara senjata dikokang seperti halnya latihan perang. Tidak juga suara derap sepatu laras. Yang terdengar kemudian adalah alunan ayat suci Alquran dikumandangkan.

''Kalau cara kami menjalankan syariat Islam, seperti sholat lima waktu dan shalat malam, itu yang dimaksudkan kegiatan teroris, apa boleh buat, kami memang teroris,'' kata ustad Syamsul Rijal Palu, direktur kampus Hidayatullah Balikpapan. Bahkan, bukan cuma kami teroris di Indonesia ini, semua pesantren juga teroris. Karena apa yang kami ajarkan tak akan banyak berbeda dengan apa yang mereka ajarkan.

Syamsul memastikan tak ada sama sekali latihan perang di kampusnya. Aktivitas sehari-hari para santri hanyalah belajar agama dan pengatahuan umum, serta berdakwah, di samping kerja bakti dan olahraga. Para santri dididik mulai dari tingkat Ibtidaiyah sampai Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI). Jumlah mahasiswa putra ada 30 orang, sedang mahasiswa putri ada 45 orang.

Memang, kata Syamsul lagi, mereka juga mengajarkan ilmu bela diri kepada para santri. Bahkan, setelah berbagai musibah yang menimpa ummat Islam di Indonesia merebak, seperti di Poso Sulawesi Tengah, latihan bela diri ini seolah-olah menjadi wajib. Terlebih setelah musibah yang menimpa santri Pondok Pesantren Walisongo di Situwulembah, km 9 Kabupaten Poso, di mana sekitar 300 santri dan warganya dibantai oleh Pasukan kelelawar Hitam. Ini memperkuat tekad para santri untuk menjaga keamanan pesantrennya sendiri.

Perlu diketahui, kata Syamsul, pesantren Hidayatullah memiliki 150 jaringan di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, lima cabang ikut menjadi korban saat konflik di berbagai daerah terjadi (1997-2000). Kelima cabang itu berlokasi di Sanggau Ledo (Kalimantan Barat), Wamena (Papua), Masohi (Maluku), Merauke (Papua), dan Poso (Sulawesi Tengah). Bangunan pesantren dirusak. Bahkan ada yang sampai rata dengan tanah.

Latihan bela diri yang diajarkan sebetulnya tidak dimaksudkan untuk berperang, tetapi hanya bertahan. Malah, para santri menganggapnya sebagai olahraga. Ini diakui oleh, Salim (18) salah seorang santri asal Nganjuk. ''Beladiri yangkami pelajari kebanyakan fungsinya untuk olahraga. Kami malah pernah ikut kejurda dan berhasil memperoleh juara III Inkado,'' katanya.

Perihal empat orang anggota MMI yang disebut-sebut CIA pernah melatih perang di pesantren Hidayatullah, Syamsul mengatakan itu tidak benar. Tak ada santri atau keluarga penghuni kampus yang kenal dengan Umar Al-Faruq. ''Jangankan kenal, bertemu saja kami belum pernah. Saya melihatnya cuma difoto,'' kata Syamsul. 

''Tapi, jika dia pernah datang ke sini sebagai tamu, kita tidak akan mencegahnya. Karena sesama muslim itu adalah saudara. Siapa pun boleh bersilaturahmi ke pesantren ini, termasuk Usamah bin Ladin,'' jelasnya lagi.

Diakui Syamsul, dari empat orang tersebut, salah seorang memang pernah datang ke pesantren mereka. Dia adalah Aris Munandar. Kedatangannya saat itu adalah atas nama Komite Penanggulangan Krisis (Kompak). 

Kegiatannya cuma berceramah, salah satunya mengisi khutbah Jumat, bukan melatih perang. ''Kalau berceramah itu dikatakan aktivitas teroris, Adi Sasono juga pernah berceramah Jumat di sini,'' kata Syamsul. Dan, andai orang yang berkunjung ke sini harus dicurigai, maka Wakil Presiden Hamzah Haz, mantan presiden Habibie, semua perwira militer yang menjabat Pangdam VI/Tanjungpura, dan Kapolda Kaltim juga harus dicurigai. Karena mereka juga pernah berkunjung ke sini.

Menuju kampus Hidayatullah sebetulnya tak sulit. Jangan bayangkan kampus ini berada di tengah hutan, atau di tempat-tempat terpencil yang jauh dari keramaian. Pesantren ini malah berdiri di tengah-tengah masyarakat, di pinggir salah satu jalan utama yang menghubungkan Balikpapan dan Samarinda. Bahkan, tak jauh dari situ ada pangkalan Yonif 600 Lintas Udara, pasukan cadangan pemukul dari Kodam VI/Tanjungpura, dan agak ke selatan lagi berdiri basis Lanuma Kopasgat TNI AU.

Bila ingin berkunjung ke pesantren tersebut, Anda cukup naik angkutan kota 07 dari bandara dengan tarif Rp 2 ribu. Atau, bila Anda memiliki kendaraan pribadi, Anda cukup berbelok ke arah selatan dan berhenti setelah kira-kira 33 km. Di sebelah kanan jalan, Anda akan menemukan gerbang pesantren. 

Bangunan pertama yang akan Anda temui setelah masuk ke kawasan pesantren adalah mesjid besar. Di mesjid inilah para santri dan masyarakat sekitar menunaikan shalat berjamaah. Lalu, Anda akan menemui pagar kayu setinggi 1.5 meter, memanjang ke belakang dan melingkar, agak tertutup dari luar. Jangan mengira ini tempat rahasia, melainkan lokasi asrama putri yang tak boleh dimasuki oleh kaum pria.

Ke dalam lagi, ada lapangan bola kaki dan asrama putra. Kemudian perumahan-perumahan para ustad dan santri yang sudah berkeluarga. Rumah-rumah kayu ini sangat sederhana dan nyaris seragam. ''Di kampus ini, pengabdian pada agama adalah yang utama. Jadi jangan heran kalau rumah-rumah di sini sederhana. Bahkan rumah pimpinan dengan para ustad yang lain tak berbeda,'' kata Abdurrahman Muhammad, pimpinan umum Pondok Pesantren Hidayatullah.

Di tengah-tengah kampus ada danau buatan sebagai resapai air bagi kawasan Desa Gunung Tembak. Lalu di belakangnya lagi ada ladang tempat para santri bercocok tanam.

Luas total pesantren ini ada 120 hektar. Dihuni oleh sekitar 1200-an orang. Kebanyakan penduduk pesantren berasal dari Bugis dan Jawa, selebihnya dari Banjar. 

Hubungan pesantren dengan masyarakat Desa Gunung Tambak berjalan baik. Menurut Kepala Kelurahan Tritip, Rusdi Effendi, santri di pesantren Hidayatullah banyak mengajarkan akhlak kepada masyarakat. ''Tidak ada indikasi kalau di sana ada kegiatan teroris. Mereka malah menyebarkan hal-hal positif. Mereka adalah salah satu kebanggaan kami,'' ungkapnya. 

Beberapa pejabat pemerintah daerah secara rutin mengunjungi pesantren. Mereka juga menjadi donatur tetap kegiatan para santri. Malah, Pangdam VI/Tanjungpura mempercayakan pengelolaan baitul mal kepada para santri ini. Mereka diberi ruang khusus di markas kodam. Hasilnya untuk menambah dana kegiatan kampus.

Petugas kepolisian setempat malah tak tahu menahu kalau ada tudingan latihan perang di pesantren Hidayatullah. ''Saya tak pernah mendengar itu dan saya kira tudingan itu mengada-ada. Saya tahu persis tidak ada lokasi di pesantren itu yang cocok dijadikan latihan perang,'' kata petugas itu. 

Itulah gambaran pesantren yang dituding CIA sebagai tempat latihan perang para mujahid. Tudingan tersebut, kata Abdurrahman Muhammad, pimpinan umum pondok pesantren, sedikit banyak telah memberi dampak negatif bagi para santri. ''Banyak santri kita di daerah-daerah lain yang dijauhi karena masyarakat takut terlibat teroris,'' katanya. Mereka menjadi korban tudingan yang tak berdasar.

 Sumber: Republika, Minggu, 10 Nopember 2002

Ahok menghina ayat Al-Qur'an, Pantaskah ia Memimpin Jakarta?


Pernyataan calon wakil gubernur DKI Jakarta yang berpasangan dengan Jokowi yang dijagokan PDI Perjuangan, Basuki T Purnama alias Ahok, bahwa masyarakat dan penegak hukum harus taat pada ayat konstitusi, bukan ayat suci, mendapat dukungan kelompok liberal dan gerakan mahasiswa sekular khususnya aktivis liberal.
Maklum, pernyataan Ahok ini tentu saja merupakan angin segar bagi mereka yang selama ini mengampanyekan sekularisme, dimana agama dan pemerintahan harus dipisahkan dari agama.
Adapun dukungan lainnya disuarakan oleh para aktivis perempuan sekular-liberal, Ratna Sarumpaet. Ratna yang dikenal getol mengeritik perda-perda anti maksiat di berbagai daerah itu, mengatakan apa yang dikatakan oleh Ahok sudah tepat. Ratna menyebut orang-orang yang marah terhadap pernyataan Ahok sebagai orang yang “norak”. Ia menegaskan, “Ibukota Jakarta ini harus dipimpin oleh cagub-cawagub dari keberagaman atau yang bisa mengayomi paham sepilis.”
Selain Ratna Sarumpaet, dukungan juga datang dari Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Nusantara (Gema Nusantara) dan Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI). Pengurus Alumni GMNI, Pujadi Aryo S, menyatakan bahwa Jakarta harus dididik melalui sejumlah pemikiran yang bebas, sehingga tidak lagi kaku dan dikuasai oleh doktrin-doktrin yang salah. “Pemikiran yang memisahkan antara agama dan negara itu, sangat baik bagi kami dalam bernegara. Ayat suci no, sedangkan ayat konstitusi yes,” tegasnya. Aryo meminta dengan tegas, antara urusan agama dan pemerintahan harus dipisahkan karena bukan tempatnya aturan agama ditempatkan diNegara ini.
Dukungan lebih ekstrem datang dari Ketua Umum Gema Nusantara, Jay Muliadi. Selain mendungkung pemikiran yang memisahkan antara kepentingan ayat suci dan ayat konsitusi, Jay mengatakan, “Indonesia, khususnya Jakarta membutuhkan pemimpin yang berpikiran sekular dan liberal agar masyarakat pluralis dapat terbentuk secara baik.” Jay menambahkan, pemikiran pasangan Ahok-Jokowi bisa meminimalisir konflik di masyarakat yang mengatasnamakan agama.
Sikap kontrovesi Ahok ini bermula dari pernyataannya yang mengeritik sikap kelompok yang menjadikan dalil ayat suci untuk menolak artis pemuja setan, Lady Gaga. Pikiran sekular-liberal Ahok sangat jelas tercermin, ketika ia mengatakan, “Kita tidak boleh taat pada ayat suci. Kita taat kepada ayat-ayat konstitusi.” Ahok juga menyatakan, mengapa ormas-ormas yang menolak Lady Gaga tidak mau periksa pejabat korup?
Pernyataan Ahok tentu saja mengusik keyakinan warga Jakarta yang dikenal taat beragama. Apalagi, jelas-jelas pernyataan tersebut diarahkan pada sebuah ormas Islam yang waktu itu menentang keras kehadiran Ratu Illuminati, Lady Gaga.Warga Jakarta yang mayoritas Muslim, meyakini bahwa Kitab Suci adalah undang-undang tertinggi dalam kehidupan, yang di dalamnya berisi aturan-aturan yang lengkap, termasuk aturan-aturan bernegara dan moralitas, bukan wilahnya orang islam mengurusi hak-hak individu.
Jika Ahok mengatakan, kenapa ormas-ormas yang menolak Lady Gaga tidak mau memeriksa pejabat korup, ini tentu saja pernyataan bodoh dan menggelikan. Memeriksa koruptor adalah tugas aparat, bukan tugas ormas. Lagi pula, jika ormas Islam bergerak menangkap koruptor, nanti Ahok dan para aktivis-sekular liberal berteriak lantang, ”Jangan ambil alih tugas aparat. Urusan menangkap koruptor biar konstitusi yang mengatur!”
Mereka yang berpikiran sekular-liberal adalah orang-orang yang berpikiran kontradiktif dan mengalami disorientasi dalam beragama. Lalu, bagaimana bisa memimpin pemerintahan,? Bisa hancur kalau Negara dipimpin oleh orang-orang yang tidak bermoral.
Dan kenyataanya belum diterapkan undang-undangnya sudah pada ribut’ belum dicoba bagaimana dampaknya.
Demi Allah Maha mengetahui apa yang ada diNegara Indonesia ini dan syari’at adalah solusinya.
Sumber : arrahmah.com

Sejarah Singkat Pesantren Hidayatullah Balikpapan




        Kalau kita berbicara Kalimantan, yang terbayang adalah hutan belantara. Apalagi di medio '70-an hutan di sana mungkin masih perawan sekali. Tapi siapa kira ada sekelompok Ustadz dari tanah Jawa 'nekat' menembus hutan dan mendirikan pondok pesantren di sana. Pondok Pesantren Hidayatullah, di Kecamatan Tritip Gunung Tembak Balikpapan Kalimantan Timur mulanya adalah hutan belantara tadi.

Kini, pesantren yang pernah meraih Kalpataru tahun 1984 itu telah memiliki 250 cabang di seluruh Indonesia. Beberapa pejabat teras, baik daerah maupun pusat, silih berganti datang ke pesantren itu. Mantan Presiden Habibie, Sosilo Bambang Yudhoyono,  Wakil Presiden hamzah Haz, Jusuf Kalla adalah beberapa petinggi Negara  yang sempat berkunjung ke pondok pesantren. Sejumlah ulama, baik dalam dan luar negeri, juga ikut berceramah di sana.

Perlu diketahui Ustadz Abdullah Said yang pertama kali datang ke daerah ini dan menggagas berdirinya Pesantren Hidayatullah. Saat itu, awal tahun 1970-an, ia ditemani beberapa ustadz muda jebolan pesantren terkenal di tanah Jawa, seperti Gontor, Krapyak (Yogyakarta) dan Pendidikan Majelis Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta.

Sebelum bangunan pesantren berdiri mereka menggunakan tempat-tempat ala kadarnya untuk berdakwah. Mereka meminjam rumah penduduk untuk mengaji, menyelenggarakan kursus mubaligh, dan melakukan persiapan awal pendirian pesantren.

Setelah masa peminjaman rumah penduduk selesai, mereka terpaksa tinggal di tempat jemuran padi berukuran 3 x 4 meter. Tempat itu mereka sulap menjadi ruang serba guna: makan, tidur, shalat, belajar, dan terima tamu, semua dilakukan di ruangan itu.

Di tengah-tengah upaya menyebarkan syiar Islam tersebut fitnah merebak. Ada pihak-pihak yang tak berkenan dengan aktivitas Ustaz Abdullah Said dan santri-santrinya. Pukulan paling telak terjadi saat penangkapan sang ustadz atas tudingan terlibat gerakan reaksi sebagian pemuda Islam Ujung Pandang atas judi massal (toto). Untunglah setelah diklarifikasi ia dinyatakan tak bersalah dan dibebaskan kembali sebulan kemudian.

Pada tahun 1975, seorang dermawan memberikan wakaf tanah seluas setengah hektar di Karang Bugis, dekat kota Balikpapan. Di atas lahan ini dibangun sebuah masjid darurat, perpustakaan, gedung serba guna untuk tidur, belajar, makan, dan terima tamu.

Setelah lokasi formal sudah ada, mulailah usaha mencari bahan bangunan berupa papan, balok, semen, dan dana segar digencarkan. Uniknya, terobosan pertama ini lebih banyak berhasil dilakukan para ibu lewat santri putrinya dibanding putra.

Namun, Karang Bugis dirasa bukan lokasi yang representatif untuk mendirikan pesantren. Sebab, kota tersebut terasa sempit dan tak punya peluang untuk perluasan wilayah. Selain itu, lingkungan tidak menolong untuk proses pendidikan yang diinginkan.

Untunglah, tahun 1976 walikota Balikpapan yang kala itu dijabat Asnawi Arba'in memberi wakaf tanah selus lima hektar di Gunung Tembak. Modal inilah yang kemudian dikembangkan hingga menjadi pesantren Hidayatullah yang berdiri sampai sekarang. Masjid sederhana mulai dibangun, kebun, kolam ikan, dan unit-unit keterampilan mulai dibuka.

Selama lima bulan semua tenaga dikerahkan untuk menata kampus. Semak belukar dibabat, rawa dibersihkan, hingga kemudian berdiri pemukiman yang cukup artistik dilengkapi sebuah masjid darurat, perpustakaan sederhana, gedung keterampilan (workshop), asrama, dan ruang belajar. Sementara perumahan para ustadz, termasuk rumah pimpinan pesantren, masih dalam kondisi sangat darurat. Dan, dalam kesederhanaan itulah, 5 agustus 1976, Pesantren Hidayatullah diresmikan oleh Menteri Agama yang kala itu dijabat Prof Mukti Ali.

Tahun-tahun berikutnya diisi dengan pengiriman tim dakwah ke seluruh pelosok Kalimantan Timur, sembari berupaya memperluas areal kampus. Pengiriman santri ini bertujuan memperkenalkan diri kepada masyarakat Kalimantan Timur sekaligus mencari santri di pelosok-pelosok desa. Pengiriman santri ini selanjutnya tak cuma terbatas di Kaltim, tetapi juga di pelosok tanah air, bahkan sampai ke Wamena Irian Jaya.

Baik santri yang dikirim ke pelosok maupun santri yang tinggal di pesantren diajarkan untuk hidup mandiri sebagaimana dilakukan para pendahulu mereka. Setiap kali mereka datang ke suatu daerah biasanya para santri ini tidak dibekali dana memadai.

Kini, Pesantren Hidayatullah telah memiliki sebuah masjid megah yang berdiri tak jauh dari gerbang pesantren. Di belakangnya ada ruang kantor berlantai dua, kamar para tamu yang dilengkapi dengan AC, lapangan sepakbola, asrama putra dan putri, serta rumah-rumah para ustadz yang dibuat dari kayu ulin. Antara asrama santri putra dan putri dipisah oleh pagar setinggi 1,5 meter sehingga aktivitas mereka seharai-hari tidak bercampur.

Selain itu, di tengah-tengah lokasi ada danau buatan dan di pinggir lokasi ada parit penahan banjir. Di dekat asrama putri ada hutan buatan, sementara di belakang perumahan para ustadz ada kebun tempat para santri bercocok tanam.
Memuliakan tamu adalah salah satu ajaran yang dipraktikkan di pesantren ini. Karena itu tak heran bila kamar tamu dilengkapi AC dengan meja, kursi, dan kamar mandinya. Sementara rumah para ustad terbuat dari papan dan jauh dari kesan mewah.

Sarana pendidikan di pesantren ini sekarang sudah memadai. Mereka membangun sekolah mulai dari jenjang ibtidayah sampai Sekolah Tinggi Agama Islam. Jumlah mahasiswa yang kuliah di pesantren ini ada 75 orang: 45 putri dan 30 putra. Mereka juga mengirimkan empat santrinya meneruskan kuliah di Madinah. Dengan berbekal kemandirian Hidayatullah telah berbenah untuk menyongsong lahirnya peradaban islam, semoga wallahu a’lam bissawab.

RATAPAN DI TENGAH MALAM



Angin menyapa kelopak dinding kalbu kian berhembus kencang

Bisikan halusinasi semakin tak ku mengerti

Siapa sangka kini sang mentari tak mampu lagi menari
Bagaikan mendung berselimut gerhana mentari

Langit malam yang kelam hanya bisa terdiam membisu

Saat sinarnya tak mampu menyinari jiwa-jiwa pengharapan
Kemudian bintang-gemintang awan bulanpun hanya saling memandang
Saat tetes air mata jatuh basahi hamparan bumi

Oh malam peluklah daku dalam kesyahduan
Hamparan sajadah merindukan kekhusu'an
Masyaallah indahnya ketika intuisi mampu melebur
Ya Robbii..tetapkanlah hati tuk selalu mengikuti jalan-Mu

KEUTAMAAN TAWAKAL

Allah berfirman,
"Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-oang Mukmin bertawakal". (Ali Imran: 122)"Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". (Ath-Thalaq: 33)

Di dalam hadits diriwayatkan, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyebutkan bahwa di antara umatnya ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab. Kemudian beliau bersabda,
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...